Posted on Tinggalkan komentar

Bersabarlah dengan Aku

(Ayb. 21:1-6)

”Dengarkanlah baik-baik perkataanku dan biarlah itu menjadi penghiburanmu. Bersabarlah dengan aku, aku akan berbicara; sehabis bicaraku bolehlah kamu mengejek” (Ayb. 21:2-3). Jelaslah dalam perkataan ini, Ayub memang hanya ingin didengar. Tidak lebih. Dan orang yang diharapkan meluangkan waktu dan hati untuk itu adalah para sahabatnya. Bukankah mereka sengaja datang untuk menemani Ayub? Itu artinya mereka sesungguhnya punya waktu dan ruang di hati mereka?

Hanya sayangnya, itulah yang tidak terjadi. Situasi dan kondisi Ayub membuat mereka curiga bahwa ada kesalahan yang disembunyikan Ayub selama ini. Dan karena itu, perasaan sebagai sahabat membuat mereka merasa perlu mendorong Ayub untuk mengakui kesalahannya. Dan itulah yang membuat penyakit Ayub meluas. Tak lagi sekadar sakit fisik, namun juga psikis karena tekanan para sahabatnya. Dan karena itu, Ayub memohon kesabaran para sahabatnya.

Menemani orang sakit memang butuh kesabaran ekstra. Sebab mereka lagi sakit. Suasananya memang sedang tidak normal, sehingga sikap dan tindakan sabar merupakan obat mujarab. Ketidaksabaran kita hanya akan membuat si sakit semakin sakit, dan akhirnya membuat kita juga ikut-ikutan sakit.

Mengapa kita mesti sabar? Pola pikir Ayub ini bisa menjadi alasan jitu: ”Kepada manusiakah keluhanku tertuju? Mengapa aku tidak boleh kesal hati?” Ya, keluhan Ayub memang bukan kepada manusia? Kalau dia kesal, bukankah Ayub sedang kesal terhadap Allah?

Persoalan para sahabat Ayub adalah sepertinya mereka hendak menjadi pembela Allah. Bisa jadi mereka hendak memperlihatkan bahwa mereka lebih saleh ketimbang Ayub. Dan ketika itu terjadi, kehadiran mereka hanya membuat Ayub tambah sakit.

Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional

Bagikan:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *