Posted on Tinggalkan komentar

Enggak Jaim

Daud mengawali Mazmur 142 dengan seruan: ”Dengan nyaring aku berseru-seru kepada TUHAN, dengan nyaring aku memohon kepada TUHAN. Aku mencurahkan keluhanku ke hadapan-Nya, kesesakanku kuberitahukan ke hadapan-Nya.”

Mazmur ini merupakan nyanyian pengajaran. Tampaknya Daud berusaha mengajarkan pengalaman hidupnya kepada umat Israel. Bagaimanapun pengalaman adalah guru terbaik. Dan konteks dari nyanyian pengajaran ini adalah ketika Daud bersembunyi di gua untuk menghindari kejaran Saul dan pasukannya. Nah, apa yang bisa kita pelajari?

Daud tidak menyembunyikan apa yang dirasakannya. Dia enggak jaim (jaga image). Anak Isai itu mengungkapkan perasannya dengan lantang. Dia tidak malu menceritakan situasi dirinya di hadapan Allah. Daud tidak sok kuat di hadirat Allah.

Di sini kita bisa belajar dari Daud. Allah itu Mahatahu. Menyembunyikan perasaan di hadapan Allah merupakan tindakan sia-sia, sekaligus aneh. Allah tahu kelemahan kita. Jadi, ya mengapa harus disembunyikan? Lagi pula, menceritakan kesesakan hati kita kepada Allah akan membuat hati kita merasa lega karena sedikit banyak kesesakan itu telah tercurah ke luar.

Semua itu dilakukan Daud karena dia tahu Allah tidak akan mempermalukannya. Sejatinya, itu pulalah penghiburan bagi segenap umat Allah—kita tidak akan pernah dipermalukan-Nya. Apalagi di tengah pandemi ini.

SMaNGaT,

Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional

Foto: Jakob Owens

Bagikan:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *