”Hai gembala Israel, pasanglah telinga, Engkau yang menggiring Yusuf sebagai kawanan domba! Ya Engkau, yang duduk di atas para kerub, tampillah bersinar di depan Efraim dan Benyamin dan Manasye! Bangkitkanlah keperkasaan-Mu dan datanglah untuk menyelamatkan kami. Ya Allah, pulihkanlah kami, buatlah wajah-Mu bersinar, maka kami akan selamat.” Demikianlah bait pertama Mazmur 80.
Dalam kesaksiannya, Asaf menyebut Allah dengan sebutan gembala Israel. Sebutan itu sepertinya disengaja. Tampaknya Asaf hendak menegaskan bahwa Allah adalah gembala Israel. Penyebutan ini sedikit banyak mengingatkan umat Isarael bahwa Allah adalah gembala mereka. Tak ada gembala yang ingin domba-domba peliharaannya binasa. Dan itulah kenyataan yang sedikit banyak menghibur umat.
Selain itu, sebutan gembala Israel agaknya juga mengingatkan Allah akan jati diri-Nya sendiri. Allah adalah Pribadi yang telah memilih Israel sebagai milik-Nya sendiri. Allah, yang telah menyelamatkan Israel dari Mesir, pasti akan terus menyelamatkan Isarel karena, sekali lagi, Dialah gembala Israel. Dan karena itu, pemulihan merupakan soal waktu. Tentu saja, selama umat Israel terus memercayakan diri mereka kepada Sang Gembala Sejati.
Sehingga mudah dipahami alasan Asaf membuat refrein ini di setiap akhir bait: ”Ya Allah, pulihkanlah kami, buatlah wajah-Mu bersinar, maka kami akan selamat.” Refrein ini bisa kita pahami juga sebagai doa. Doanya adalah agar Allah memulihkan Israel dan membuat wajah-Nya bersinar.
Dalam Alkitab BIMK tertera: ”Ya Allah, pulihkanlah kami; pandanglah kami dengan murah hati, maka kami akan selamat.” Asaf berdoa agar Allah mau memandang umat Israel dengan murah hati. Dengan kata lain, Asaf mengharapkan pandangan Allah. Asaf ingin dipandang Allah.
Pandangan Allah itulah yang akan menghibur umat, juga kita orang percaya yang tengah menghadapi pandemi COVID-19 ini. Percayalah!
SMaNGaT,
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional
Foto: Patrick Schneider