(Ayb. 36:5-33)
”Ketahuilah, Allah itu perkasa, namun tidak memandang hina apa pun, Ia perkasa dalam kekuatan akal budi. Ia tidak membiarkan orang fasik hidup, tetapi memberi keadilan kepada orang-orang sengsara; Ia tidak mengalihkan pandangan mata-Nya dari orang benar, tetapi menempatkan mereka untuk selama-lamanya di samping raja-raja di atas takhta, sehingga mereka tinggi martabatnya. Jikalau mereka dibelenggu dengan rantai, tertangkap dalam tali kesengsaraan, maka Ia memperingatkan mereka kepada perbuatan mereka, dan kepada pelanggaran mereka, karena mereka berlaku congkak, dan ia membukakan telinga mereka bagi ajaran, dan menyuruh mereka berbalik dari kejahatan” (Ayb. 36:5-10).
Demikianlah pemahaman Elihu tentang Allah. Di mata Elihu, Allah perkasa dalam kekuatan akal budi. Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Segala sesuatu difahami-Nya.” Jelaslah Allah memahami segala sesuatu. Tak ada yang luput dari pengamatan-Nya. Allah suka kepada orang-orang yang berusaha hidup benar di hadapan-Nya.
Dalam ayat 15-17 dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini, Elihu berkata kepada Ayub, ”Allah mengajar manusia melalui derita, Ia memakai kesusahan untuk menyadarkannya. Allah telah membebaskan engkau dari kesukaran, sehingga kau dapat menikmati ketentraman, dan meja hidanganmu penuh makanan. Tetapi kini sesuai dengan kejahatanmu, engkau menerima hukumanmu.”
Elihu menegaskan bahwa Allah mengajar manusia melalui derita dan langsung mengatakan bahwa Ayub menerima hukuman sebagai ganjaran atas kejahatannya. Konsep kemahatahuan, juga keadilan, Allah membuat Elihu percaya bahwa Ayub telah melakukan kejahatan. Dan karena itu, dia ingin Ayub bertobat.
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional