(Ayb. 36:2-4)
”Bersabarlah sebentar, aku akan mengajar engkau, karena masih ada yang hendak kukatakan demi Allah. Aku akan meraih pengetahuanku dari jauh dan membenarkan Pembuatku; karena sungguh-sungguh, bukan dusta perkataanku, seorang yang sempurna pengetahuannya menghadapi engkau” (Ayb. 36:2-4).
Inilah yang dikatakan Elihu kepada Ayub. Bisa jadi Elihu melihat bagaimana Ayub sahabatnya mungkin tidak bersabar lagi untuk menangkis serangannya. Dan sebelum itu terjadi, Elihu perlu mewanti-wanti sahabatnya itu untuk bersabar.
Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Dengarkanlah sebentar lagi, dan bersabarlah, masih ada yang hendak kukatakan demi Allah. Pengetahuanku luas; akan kugunakan itu untuk membuktikan bahwa adillah Penciptaku. Perkataanku tidak ada yang palsu; orang yang sungguh arif ada di depanmu.”
Menarik disimak, Elihu menegaskan bahwa semua perkataannya itu demi Allah. Itu berarti Elihu hendak menyatakan bahwa apa yang dia katakan adalah untuk kepentingan Allah. Dan karena itu, dia berusaha menyusun argumentasi demi argumentasi yang akan membuktikan bahwa Allah itu adil.
Sesungguhnya apa yang menjadi fokus Elihu merupakan hal yang baik. Ya, tidak ada salahnya membuktikan bahwa Allah itu adil. Namun, yang perlu diperhatikan adalah Elihu mengucapkan semua argumentasi itu kepada Ayub yang boleh dibilang pasti lebih berpengalaman berkait dengan keadilan Allah. Musibah yang menimpa Ayub—harta musnah, anak tiada, juga penyakit kulit yang menimpa sekujur tubuh—membuat dia merasa bahwa Allah tidak memberikan keadilan kepadanya. Dan inilah yang dikritik Elihu.
Kritik memang sahih. Namun, sebelum melayangkan kritik, kita agaknya perlu menempatkan diri kita pada posisi orang yang hendak kita kritik. Jika itu yang kita lakukan, kemungkinan besar kita menahan diri untuk mengkritik orang lain.
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional