(Ams. 3:5-6)
”Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.” Demikianlah nasihat penulis Kitab Amsal.
Percaya berarti memercayakan diri. Tak sekadar ucapan bibir, namun juga mencakup sikap dan tindak.Tak heran, jika penulis Kitab Amsal perlu menekankan tambahan keterangan ”dengan segenap hatimu”. Itu berarti total. Segenap berarti 100%. Itu berarti 99% juga belum segenap.
Berkait dengan percaya, pilihannya memang cuma dua: percaya kepada Allah atau kepada diri sendiri. Sebenarnya percaya kepada orang berarti juga percaya kepada diri sendiri. Sebab diri sendirilah yang mengambil keputusan untuk percaya kepada orang tersebut.
Persoalannya memang kerap di sini. Karena Allah itu tak terlihat, dan sering pekerjaan-Nya kita rasakan sangat lambat, kita sering merasa lebih aman mengambil prakarsa sendiri. Karena memang itulah yang ada dalam genggaman kita. Meski harus diakui, sungguh jika mau bersikap blak-blakan, kita enggak hebat-hebat amat. Karena itulah, setelah mengambil keputusan dengan mengandalkan diri sendiri, kita malah makin resah.
Dalam ayat 6 Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Ingatlah pada TUHAN dalam segala sesuatu yang kaulakukan, maka Ia akan menunjukkan kepadamu cara hidup yang baik.” Mengingat Allah dalam setiap laku kita berarti melibatkan-Nya dalam setiap kata yang terucap, pikir yang melintas, tindak yang dilakukan. Jika itu yang kita lakukan, maka Allah sendirilah yang akan menunjukkan cara hidup yang baik kepada kita. Percayalah!
SMaNGaT,
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional
Foto: Casey Robertson