(Ayb. 27:1-6)
”Aku sama sekali tidak membenarkan kamu! Sampai binasa aku tetap mempertahankan bahwa aku tidak bersalah. Kebenaranku kupegang teguh dan tidak kulepaskan; hatiku tidak mencela sehari pun dari pada umurku” (Ayb. 27:5-6).
Ayub tetap menyatakan dirinya tak bersalah. Ia menganggap semua nasihat sahabat-sahabatnya itu pepesan kosong. Hampa. Tiada arti. Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Jadi, tak mau aku mengatakan bahwa kamu benar; sampai mati pun kupertahankan bahwa aku tak cemar. Aku tetap berpegang kepada kepatuhanku, dan hati nuraniku pun bersih selalu.” Inilah ikhtiar Ayub: ia akan tetap taat dan menjaga hati nuraninya selalu bersih.
Menarik disimak, Ayub merasa perlu mendasarkan pernyataannya itu demi Allah. Kelihatannya Ayub merasa perlu menyebut nama Allah di hadapan para sahabatnya. Namun, bukan demi Allah yang melimpahkan kesejahteraan, tetapi demi Allah yang tidak memberi keadilan dan memedihkan hatinya.
Pada titik ini Ayub tetap berupaya berlaku jujur. Ia tidak menyembunyikan kenyataan bahwa ia merasa diperlakukan tidak adil, juga tidak menyembunyikan kepedihan hatinya. Ayub tidak berupaya menjaga citranya di hadapan para sahabatnya dengan mengatakan hal yang baik tentang Allah. Itu hanya akan membuatnya terlihat baik. Dan Ayub tak ingin berupaya terlihat baik di hadapan manusia.
Ayub bersikap terbuka karena dia tahu Allah Mahatahu. Dan itulah yang akan membuatnya terus mampu percaya diri di hadapan Allah.
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional