Posted on Tinggalkan komentar

Dalam Terang-Mu Kami Melihat Terang

”Betapa berharganya kasih setia-Mu, ya Allah! Anak-anak manusia berlindung dalam naungan sayap-Mu” (Mzm. 36:8). Demikianlah pengakuan iman Daud. Anak Isai itu percaya bahwa kasih Allah sungguh berharga. Berharga karena kasih itu—sebagaimana Allah— bersifat kekal. Karena Allah kekal, kasih-Nya pun kekal.

Mungkin, itu jugalah alasan penerjemah mengaitkan kasih dengan setia. Jika tidak setia, bukan kasih namanya. Tak heran, jika anak-anak manusia berlindung dalam naungan sayap Allah. Mengapa? Karena mereka merasa aman. Dan perasaan itu bukan temporer, namun selamanya.

Daud pun tak hanya bicara soal perasaan. Pada ayat 9 Daud bermadah: ”Mereka mengenyangkan dirinya dengan lemak di rumah-Mu; Engkau memberi mereka minum dari sungai kesenangan-Mu.” Ya, Daud juga bicara soal berkat jasmani. Orang-orang yang berlindung kepada Allah akan merasakan kecukupan makanan dan minuman.

Allah adalah sumber hidup. Tak hanya hidup jasmani, tetapi juga hidup rohani. Daud pun mengakui, dalam ayat 10, ”Di dalam terang-Mu kami melihat terang.” Terang Allah bukanlah terang yang menyilaukan dan menyakitkan. Terang Allah, yang menyejukkan itu, memampukan anak-anak-Nya untuk memilih jalan terbaik.

Situasi dan kondisi selama pagebluk Covid-19 ini memang serbagelap. Tak mudah diprediksi, yang membuat diri rada kecut. Namun, inilah penghiburan kita, ”Di dalam terang-Mu kami melihat terang.” Dan ini pulalah yang akan membuat kita melangkah dengan pasti.

SMaNGaT,

Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional

Bagikan:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *