Dalam Mazmur 19, Daud mengawali syairnya dengan pernyataan: ”Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya….” Lugas Daud menyatakan bahwa alam mampu bercerita tentang Tuhan. Meski tanpa kata, manusia sendiri—seandainya memberi sedikit waktu untuk memperhatikannya—bisa memahami maksudnya.
Itu bukan tanpa tujuan. Tujuan utamanya: mengajak manusia turut memuliakan Allah. Dengan apik, Carl Gustaf Boberg, dalam refrein syair lagu ”Bila Kulihat Bintang Gemerlapan” (Kidung Jemaat 64), menulis: ”Maka jiwakupun memujiMu: ’Sungguh besar Kau, Allahku!’” Tak hanya sekali. Boberg merasa perlu mengulangi kalimat itu sekali lagi.
Pandemi Covid-19 belum usai. Ada banyak hal yang membuat kita sedih, namun tak sedikit pula yang membuat kita mau tak mau memuliakan Allah. Ketika menyaksikan para petugas kesehatan yang berjibaku menyembuhkan pasien tanpa lelah. Memperhatikan keluarga-keluarga yang setia merawat anggota keluarganya yang sedang sakit. Bahkan—ini pengalaman pribadi—sesama pasien pun tak sungkan saling mendoakan.
Pada Minggu Palma 2020 ini, kita pun diajak untuk terus memuliakan Allah. Lukas mencatat: ”Ketika Ia mendekati Yerusalem, di tempat jalan menurun dari Bukit Zaitun, mulailah semua murid yang mengiringi Dia bergembira dan memuji Allah dengan suara nyaring oleh karena segala mukjizat yang telah mereka lihat” (Luk. 19:37).
Menurut Lukas, pujian itu wajar karena para murid telah mengalami sendiri kehadiran Allah. Ini masalah pengalaman, bukan sekadar ikut-ikutan. Mereka sudah menyaksikan dengan mata kepala mereka sendiri bahwa Yesus adalah Raja dalam nama Tuhan. Hanya Raja dalam nama Tuhanlah yang mampu melakukan segala mukjizat itu. Yang tak wajar adalah kalau mereka diam. Dan ketika diminta diam oleh beberapa orang Farisi, Yesus tegas berkata, ”Jika mereka ini diam, maka batu ini akan berteriak.”
Memuji Allah merupakan keniscayaan karena semua hal baik yang kita rasakan. Pujian adalah pengakuan. Ketika kita—yang telah merasakan semua kebaikan Allah—hanya diam saja, maka batu-batu akan berteriak. Sebab alam pun juga saksi dari semua kebaikan Allah.
Dan saat alam berseru memuliakan Tuhan, mungkin kita akan jadi malu sendiri. Nah, daripada malu, mari kita memuji Allah!
SMaNGaT,
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional