Posted on Tinggalkan komentar

Bukankah Ia Ini Anak Yusuf?

(Lukas 4:22)

”Dan semua orang itu membenarkan Dia dan mereka heran akan kata-kata yang indah yang diucapkan-Nya, lalu kata mereka: “Bukankah Ia ini anak Yusuf?” Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Sederhana tertera: ”Padahal Dia hanya anak Yusuf.”

Mulanya Lukas menyatakan bahwa orang-orang di rumah ibadah itu mengakui kebenaran perkataan Yesus. Mereka sungguh antusias dengan cara Yesus mengajar. Namun, semuanya itu menjadi buyar ketika mereka mengingat bahwa anak kemarin sore itu sudah menjadi orang. Tambah ambyar ketika mereka mengingat bahwa dia cuma anak Yusuf. Dan proses pembelajaran pun berhenti.

Belajar semestinya dari siapa saja, bahkan apa saja. Semua bisa menjadi bahan ajar bagi setiap orang yang terbuka hatinya. Hati terbuka merupakan syarat mutlak. Tanpa keterbukaan baik pikiran maupun hati, kita tidak akan pernah menerima apa pun. Itu hanya akan membuat kita stagnan.

Kepada warga jemaat di Roma, Paulus menasihatkan: ”Janganlah menganggap dirimu pandai” (Rm. 12:16). Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Sederhana tertera: ”jangan menganggap dirimu sudah pandai.” Perasaan diri sudah pandai akan membuat kita jadi enggan belajar, apalagi dari orang yang lebih rendah dari kita. Dalam Kitab Suci tertulis: ”Aja kuminter”. Pinter harus, kuminter jangan.

Ya, orang-orang di Nazaret hanya melihat Yesus sebagai anak tukang kayu. Padahal, apa salahnya menjadi anak Yusuf. Bukankah Yusuf adalah orang yang dua kali didatangi malaikat dalam mimpi? Yusuf pulalah yang mengungsi ke Mesir untuk menyelamatkan nyawa anaknya? Ya, apa salahnya menjadi anak Yusuf?

Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional

Bagikan:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *