”Aku mau bersyukur kepada TUHAN, dengan segenap hatiku, aku mau menceritakan segala perbuatan-Mu yang ajaib” (Mzm. 9:1). Demikianlah Daud memulai mazmurnya. Ada kerinduan yang tumbuh dari pengalaman hidup. Daud telah mengalami apa artinya menderita di bawah tekanan musuh. Dan sekarang musuhnya telah tersandung jatuh dan binasa di hadapan Allah (lih. Mzm. 9:4).
Persoalan kita sekarang: bagaimana bersyukur di tengah wabah Covid-19, yang tampaknya enggan berhenti, namun makin membahana? Pada titik ini pun, bersyukur bisa menjadi jalan keluar terbaik. Caranya? Kita bisa menerapkan syair ini: ”Bila topan k’ras melanda hidupmu, bila putus asa dan letih lesu, berkat Tuhan satu-satu hitunglah, kau niscaya kagum oleh kasih-Nya” (Kidung Jemaat 439:1).
Sang penyair, Johnson Oatman, mengajak kita untuk tak hanya fokus pada topan, tetapi mengarahkan diri untuk menghitung berkat Allah. Dan saat menghitungnya satu demi satu, kita menjadi kagum akan besar kasih-Nya kepada kita. Kenyataan itulah yang akan membuat kita lebih mampu bersyukur.
Badai memang belum berlalu. Oleh karena itu, marilah kita menghitung berkat-Nya satu demi satu. Salah satunya: kita punya lebih banyak waktu untuk mendengarkan firman-Nya.
SMaNGaT,
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional