(Ayb. 12:7-11)
”Tetapi bertanyalah kepada binatang, maka engkau akan diberinya pengajaran, kepada burung di udara, maka engkau akan diberinya keterangan. Atau bertuturlah kepada bumi, maka engkau akan diberinya pengajaran, bahkan ikan di laut akan bercerita kepadamu” (Ayb. 12:7-8).
Ayub menegaskan bahwa semua makhluk akan menyatakan hal yang sama: Allah adalah pencipta segala. Semua ada dalam kuasa-Nya. Allah mengatur hidup segala makhluk; Dia berkuasa atas nyawa setiap manusia. Dengan kata lain, Ayub hendak menyatakan bahwa penderitaan yang menimpa dirinya bukanlah di luar pengetahuan Allah.
Oleh karena itu, ketika Ayub mempertanyakan semuanya itu kepada Allah, sesungguhnya itu merupakan hal yang logis. Logis karena hanya Allah sendirilah yang mampu menjawabnya. Bagaimanapun Dia adalah sumber primer.
Ayub menutup bait kedua dengan perkataan ini: ”Bukankah telinga menguji kata-kata, seperti langit-langit mencecap makanan?”(Ayb. 12:11). Entah mengapa? Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Seperti lidahku suka mengecap makanan yang nyaman, begitulah telingaku suka mendengar perkataan.”
Bisa jadi ini semacam sindirian bagi para sahabatnya. Mereka berbicara semaunya dan menuntut pengakuan Ayub atas dosanya. Kebanyakan omong membuat mereka hanya mampu mendengar diri mereka sendiri. Yang membuat mereka akhirnya bias pikir. Sehingga Ayub mendorong mereka untuk kembali belajar mendengar. Ya, mendengar segala.
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional