”Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti.” Demikianlah pemazmur memulai Mazmur 46. Di mata pemazmur, Allah adalah tempat perlindungan dan kekuatan. Itu bukan sekadar ucapan bibir, dia pernah mengalaminya.
Karena pernah mengalami pertolongan Allah, pemazmur tak lagi gentar dengan perubahan-perubahan dunia—”sekalipun gunung-gunung goncang di dalam laut; sekalipun ribut dan berbuih airnya, sekalipun gunung-gunung goyang oleh geloranya” (Mzm. 46:3-4). Dunia memang penuh dengan perubahan, namun Allah siap menjadi tempat perlindungan.
Semasa hidup Martin Luther pernah menggubah mazmur ini. Judul lagunya adalah ”Allahmu Benteng yang Teguh”, terekam dalam Kidung Jemaat 250a. Situasi dan kondisi Martin Luther memang serbagamang. Mulanya dia hanya ingin mengkritik sebuah kebijakan gereja, namun gereja malah menganggapnya penyesat. Tak sedikit orang yang membencinya, bahkan menginginkan nyawanya.
Dalam syairnya, Luther berseru: ”Penuhpun setan dunia, yang mau menumpas kita, jangan gentar melihatnya; iman tak sia-sia! Penghulu kuasa g’lap, meski menyergap, mustahil ‘kan menang; kuasanya ditebang dengan sepatah kata.”
Refrein Mazmur 46 di akhir bait kedua dan ketiga, juga menarik disimak: ”TUHAN semesta alam menyertai kita, kota benteng kita ialah Allah Yakub.” Inilah iman pemazmur: Allah Yakub adalah Tuhan semesta. Dia penguasa segala, termasuk virus Corona.
Nama Yakub—dan bukan Israel—agaknya juga sengaja disematkan di sini. Inilah anugerah itu—TUHAN semesta alam mau menjadi Allah bagi seorang penipu. Ini jugalah penghiburan bagi kita di tengah pandemi Covid-19 ini. Bagaimanapun keadaan iman kita, tetaplah berharap kepada-Nya.
SMaNGaT,
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional