Posted on Tinggalkan komentar

Allah Tidak Pernah Berubah

(Ayb. 23:13-17)

”Tetapi Ia tidak pernah berubah—siapa dapat menghalangi Dia? Apa yang dikehendaki-Nya, dilaksanakan-Nya juga. Karena Ia akan menyelesaikan apa yang ditetapkan atasku, dan banyak lagi hal yang serupa itu dimaksudkan-Nya” (Ayb. 23:13-14).

Demikianlah penghiburan manusia. Allah Sang Pencipta tak pernah berubah. Jika meminjam ungkapan pemazmur: ”Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya!” Dalam Mazmur 118, ungkapan ”Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya!” merupakan refrein, yang diulang hingga lima kali.

Kelihatannya memang sengaja diulang karena manusia sering lupa. Dan ketika mengulang kalimat itu, kita pun diajak menilainya dalam kenyataan hidup sehari-hari: Apakah kasih Allah itu memang abadi?

Itu jugalah yang dinyatakan Ayub. Dalam ketidakmengertian atas apa yang terjadi pada dirinya, Ayub menegaskan bahwa Allah tidak pernah berubah. Bahkan, dia menyatakan bahwa Allah sendiri yang akan menyelesaikan apa yang telah ditetapkan atas dirinya. Inilah iman.

Berkait iman, kita tahu penulis Surat kepada Orang Ibrani pernah memberikan definisi: ”Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat” (Ibr. 11:1). Atau dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Beriman berarti yakin sungguh-sungguh akan hal-hal yang diharapkan, berarti mempunyai kepastian akan hal-hal yang tidak dilihat.”

Lalu apa dasarnya iman macam begini? Atau dari manakah iman semacam ini muncul? Kata-kata Ayub bisa kita jadikan dasar: Allah tidak pernah berubah. Dan tetap setia merupakan cara terampuh untuk mendapatkan bukti nyatanya.

Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional

Women raise their hands to ask for blessing from God.
Bagikan:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *