Di awal Mazmur 86, Daud berseru: ”Sendengkanlah telinga-Mu, ya TUHAN, jawablah aku, sebab sengsara dan miskin aku. Peliharalah nyawaku, sebab aku orang yang Kaukasihi, selamatkanlah hamba-Mu yang percaya kepada-Mu. Engkau adalah Allahku, kasihanilah aku, ya Tuhan, sebab kepada-Mulah aku berseru sepanjang hari. Buatlah jiwa hamba-Mu bersukacita, sebab kepada-Mulah, ya Tuhan, kuangkat jiwaku.”
Mari kita simak alasan-alasan doa Daud ini. Pertama, dia mengakui bahwa dirinya sengsara dan miskin. Dalam Alkitab BIMK tertera: ”sebab aku miskin dan lemah”. Daud mengakui bahwa dirinya sungguh tak berdaya. Dan karena itu, dia mengharapkan Allah segera menolongnya. Yang dimaksud dengan miskin di sini adalah bergantung sepenuhnya kepada Allah.
Kedua, alasan Daud meminta Allah memelihara nyawanya bukanlah karena Daud mengasihi Allah, tetapi karena Allahlah yang telah mengasihi Daud. Alasan jitu karena kasih Allah kekal sifatnya, sedangkan kasih manusia sering temporer sifatnya. Dan itulah yang dipercaya Daud. Anak Isai itu percaya bahwa Allah pasti mengasihinya.
Ketiga, Daud memohon belas kasihan Allah karena dia telah berseru sepanjang hari. Seruan Daud tak pernah putus. Itu memperlihatkan bagaimana Daud sungguh mengandalkan Allahnya.
Keempat, Daud telah mengangkat jiwanya kepada Allah. Dalam Alkitab BIMK tertera: ”sebab kepada-Mu kuarahkan hatiku. Hati atau jiwa Daud terarah kepada Allah. Hatinya terpusat kepada Allah.
Pola doa macam begini agaknya perlu kita tiru di tengah pandemi yang tampaknya enggan berakhir ini.
SMaNGaT,
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional
Foto: Istimewa