Posted on Tinggalkan komentar

Ajarlah Kami Berdoa

(Luk. 11:1)

”Pada suatu kali Yesus berdoa di suatu tempat. Ketika Ia selesai berdoa, berkatalah seorang dari murid-murid-Nya kepada-Nya, ’Tuhan, ajarlah kami berdoa, sama seperti yang diajarkan Yohanes kepada murid-muridnya.’”

Demikianlah permohonan para murid kepada Yesus. Permintaan ini tampaknya dilatarbelakangi beberapa alasan.

Pertama, mereka agaknya iri dengan para murid Yohanes yang telah mendapatkan pelajaran tentang doa. Mereka ingin Yesus, Sang Guru, mengajarkan hal yang sama sebagaimana Yohanes Pembaptis. Kalau Yohanes Pembaptis mengajarkan doa kepada para muridnya, masak Yesus enggak?

Kedua, mereka percaya Yesus seorang pendoa. Artinya, doa bagi Yesus bukan sekadar rangkaian permintaan atau syukur, tetapi persekutuan hidup. Jadi, doa bukanlah kewajiban, bukan pula hak, lebih tepat keniscayaan. Bukankah persekutuan manusia dan Allah seharusnya menjadi dasar hubungan di antara keduanya?

Menarik disimak, permintaan itu dimohon setelah Yesus berhenti berdoa. Kelihatannya, cara berdoa Yesus menarik perhatian mereka. Sehingga mereka memohon Yesus mengajari mereka berdoa.

Ketiga, mereka sungguh tahu hakikat doa, tetapi mereka tidak tahu cara berdoa. Kemungkinan besar, mereka tidak begitu yakin bahwa apa yang mereka lakukan selama ini benar. Mereka takut salah. Dan karena itulah mereka meminta Yesus mengajar mereka berdoa.

Bagaimana dengan kita? Sesungguhnya kita pun kadang tak tahu apa yang mesti didoakan. Sehingga, hal yang paling logis adalah mengumandangkan kembali permintaan para murid: ”Tuhan, ajarlah kami berdoa.”

Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional

Bagikan:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *