Kemarin malam teman kuliah saya mengirim pesan berupa tautan di grup Whatsapp. Tautan itu dibarengi dengan tanda pendaftaran dirinya dalam sebuah misi besar, misi ke Planet Mars. Sontak seluruh anggota grup Whatsapp dibuat antusias dan ingin tahu lebih banyak mengenai misi besar itu.
Rencananya, NASA akan meluncurkan misi robot penjelajah ke luar angkasa bernama M2020 pada Juli 2020. Robot yang mendarat pada Februari 2021 di Mars itu memiliki misi antara lain menyelidiki tanda-tanda kehidupan mikroba di Mars, mengidentifikasi iklim dan geologi Planet Mars, serta mengumpulkan referensi untuk pendaratan manusia di Mars ke depannya. NASA memberikan kesempatan kepada publik untuk mengirimkan nama ke Planet Mars lewat robot penjelajah tersebut. Tercatat hingga 19 Juni 2019, sudah lebih dari 7,2 juta orang mendaftarkan nama mereka. Pada tanggal yang sama, total pendaftar dari Indonesia telah mencapai 130.000 orang.
Victor P.H. Nikijuluw dalam bukunya Teologi Kreasi dan Konservasi Bumi menyatakan bahwa sesungguhnya memindahkan manusia dari Bumi ke Mars seharusnya bukanlah suatu pilihan. Meskipun manusia mampu menciptakan teknologi untuk mengatasi kendala-kendala teknis agar bisa menjadikan Mars sebagai habitat ideal, hal itu tidak berarti bahwa manusia bisa hidup dan berkembang biak di sana. Allah menciptakan dan menakdirkan manusia hidup di bumi, bukan di Mars.
Nikijuluw juga menerangkan bahwa sudah lebih dari 50 misi eksplorasi Mars sebagian besarnya mengalami kegagalan. Hanya ada empat misi yang relatif berhasil, yakni Sojouner (1997), Spirit (2004), Opportunity (2004), dan Curiosty (2014). Namun, keempat misi itu pun menghadapi berbagai persoalan yang tidak bisa dipecahkan. Seharusnya hal ini menyurutkan hasrat manusia untuk mencari kediaman baru, tetapi hasrat ini sulit dikekang.
Manusia ingin mendapatkan planet baru pengganti bumi, padahal bumi adalah pemberian Allah bagi manusia. Eksplorasi alam semesta semacam ini seharusnya semakin membuat manusia sadar dan tahu bahwa hanya Allah yang berkuasa dan mengendalikan alam semesta, bahwa manusia harus bersyukur bumi dipilih Allah sebagai rumah dan kediaman.
Allah sangat mengasihi dan mencintai kita melebihi kasih-Nya pada kreasi lainnya. Untuk keselamatan kita di alam semesta ini, Allah merancang dan melakukan skenario agung-Nya, yaitu menyelamatkan kita dari kebinasaan karena dosa, dan pada saatnya nanti Ia akan membawa kita ke dalam kehidupan yang abadi. Kita yang begitu kecil di alam semesta ini diperhatikan dan diselamatkan oleh Allah Mahabesar.
Febriana D.H.
Literatur Perkantas Nasional