Posted on Tinggalkan komentar

Inspirasi Jumat Siang: Ketika Doa Tak Lagi Tentangku, Namun Tentang-Nya

”Hei lihat ada bintang jatuh, cepat ucapkan permohonanmu!” Teriak seorang teman saat berada dalam satu kesempatan perkemahan. ”Tiup lilinnya, tiup lilinnya, tiup lilinnya sekarang juga, sekarang juga, sekarang juga.” Demikian lantunan lagu yang dinyanyikan teman-teman untuk mengiring saya meniup lilin ulang tahun. Tak lama setelah lilin padam, merka pun mendesak saya untuk mengucapkan permohonan.

Ada berbagai kesempatan yang kita anggap waktu terbaik untuk mengucapkan permohonan dan doa kita. Ada kata-kata terbaik yang kita persiapkan, kesempatan terbaik yang kita tentukan, juga tempat terbaik yang kita pilih. Gereja, tempat-tempat bersejarah, atau bahkan kuburan adalah contoh dari beberapa tempat yang kita anggap baik untuk melantunkan permohonan dan doa kita. Kita berpikir dengan begitu Allah akan mendengarkan doa-doa kita.

Namun, segala persepsi ini sungguh keliru. A.W. Tozer dalam buku Mengasihi Yang Mahakudus, menyatakan bahwa Allah mendengar kita bukan karena doa kita baik, tetapi karena Allah itu baik.

Tozer menegaskan, ”Tentu saja, Anda tidak baik. Akan tetapi, Allah baik, dan karena Ia baik, kita berani memanfaatkan kebaikan-Nya. Pintu Allah selalu terbuka untuk setiap anak-anak-Nya yang bersalah, sehingga mereka dapat berkata, ’Oh, rasakan dan lihatlah bahwa Tuhan itu baik.’”

Bukan karena bintang jatuh doa dan permohonan kita harus segera diucapkan. Namun, karena kita telah jatuh dalam dosa, maka permohonan akan pertolongan Allah harus segera kita serukan. Sebab, hanya Allah satu-satunya yang sanggup menyelamatkan kita dari penghukuman dosa.

Bukan karena kata-kata terbaik, bahkan tempat terbaik, sehingga Allah pasti mendengar doa kita. Akan tetapi, karena Allah baik, dan ketika kita berdoa kebaikan Allah adalah dasar dari pengharapan kita.

Dalam kondisi apa pun janganlah lantas kita berkata: ”Saya tidak baik. Tidak ada gunanya berdoa; saya memang tidak baik.” Jangan! Tetaplah berdoa karena Allah sungguh baik dan bersedia mendengar segala seru dan doamu.

Tornado Gregorius Silitonga

Literatur Perkantas Nasional

Bagikan:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *