Posted on Tinggalkan komentar

Damai Sejahtera bagi Kamu

”Damai sejahtera bagi kamu” (Luk. 24:48).

Photo by Biegun Wschodni on Unsplash

Demikianlah sapaan Yesus yang bangkit kepada para murid-Nya. Jelas, damai sejahtera tidaklah berasal dari para murid. Damai sejahtera bersumber pada Yesus yang bangkit. Damai sejahtera juga bukan upaya para murid, namun sungguh anugerah Sang Guru.

Yang dimaksud ”damai sejahtera” di sini, tentu bukan hidup serbasenang. Kita tentu pernah merasakan, meski keadaan serbasulit, hati tetap tenang. Kita tetap merasa ada yang bisa dipegang. Namun, pengalaman hidup memperlihatkan, kadang kita merasa tak enak hati meski semua berjalan baik-baik saja.

Pada waktu itu, keadaan para murid memang jauh dari rasa damai. Sang Guru mati. Mereka tak lagi punya harapan. Belum lagi tekanan para imam kepala dan ahli Taurat. Bisa dipahami jika mereka merasa bagai telur di ujung tanduk. Nasib serbatak pasti. Dan dalam ketidakpastian itu, Sang Guru datang dan menyapa mereka, ”Damai sejahtera bagi kamu.”

Yesus memberikan damai sejahtera bagi murid-murid-Nya. Itu bukanlah sekadar rasa damai, tetapi sungguh-sungguh berdasarkan logika sederhana. Bagaimanapun, Yesus telah bangkit dari maut. Kalau maut saja bisa dipatahkan Sang Guru, mengapa pula harus gentar meski hidup dalam ketidakpastian?

Selamat bekerja,

Yoel M. Indrasmoro
Direktur Literatur Perkantas Nasional

Bagikan:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *