
”Berdoa itu sukar. Alangkah senangnya seandainya aku bisa mendapatkan ketenangan untuk berdoa. Orang-orang berbicara begitu indahnya tentang hubungan yang hidup dengan Allah, tetapi selagi berdoa pikiranku terbang ke mana-mana. Aku tidak mampu memusatkan perhatianku dengan baik, dan tidak bisa merasakan juga bahwa aku sedang berbicara dengan Seorang yang mendengarkan. Seakan-akan doaku tidak naik ke atas.”
Kondisi tersebut adalah salah satu contoh dari kehidupan doa orang percaya yang diungkap oleh Egbert Brink dalam buku Kaya Roh: Hidup oleh Roh, Berada dalam Kristus. Egbert menemukan, ada orang-orang Kristen yang merasa bahwa berdoa kepada Allah yang hidup ialah seperti tugas yang sukar dan beban yang berat. Mereka tidak puas dengan cara doa mereka sehari-hari, dan baru berusaha keras untuk berdoa setelah mereka berada dalam bahaya besar dan tak tahu lagi harus minta tolong kepada siapa.
Dalam menjawab persoalan-persoalan berkait doa, Egbert mendapati bahwa kita memerlukan bantuan Roh Allah ketika kita berdoa. Kekuatan doa tidak pernah terletak dalam isi doa kita, melainkan dalam Dia, kepada siapa kita berdoa. Doa di dalam Roh berarti memusatkan diri pada Allah sendiri. Pergaulan akrab dengan Bapa dan Anak, itulah yang mahapenting.
Egbert menyadari bahwa pada saat Paulus berbicara tentang persenjataan Allah, dia juga mulai dengan seruan untuk mencari kekuatan pada Allah sendiri (lih. Ef. 6:10 dst.). Dengan demikian Paulus menekankan secara khusus ketergantungan kita kepada Allah untuk menjauhkan kita dari kuasa-kuasa jahat. Itu juga berarti, kita memohon supaya dibebaskan dari pikiran-pikiran yang mengganggu usaha kita dalam menjalin hubungan dengan Allah.
Selain itu, Egbert juga menyinggung bahwa doa di dalam Roh bernada sangat berbeda. Doa itu tidak sombong, melainkan memperdengarkan nada yang penuh ketergantungan kepada Allah. Dengan doa itu orang-orang percaya menggali sumber-sumber kekuatan surgawi, dan dengan demikian mereka dapat merasa lega di hadirat Allah.
Dalam hal ini Egbert menyimpulkan, berdoa dalam Roh menunjukkan bahwa doa bukanlah kekuatan dalam dirinya sendiri. Doa bukanlah sebuah energi yang terpisah, melainkan melalui Roh, doa itu menciptakan keterkaitan dengan Allah yang hidup. Allah ingin dilibatkan dalam hidup kita, dan sama sekali tidak mau dikucilkan dari kehidupan anak-anak-Nya. Bahkan, Dia ingin memakai doa-doa itu untuk mencapai tujuan-Nya.
Namun, Egbert mengingatkan, Allah tidak pernah tergantung pada doa-doa kita, kalau Dia memakai kita dalam pelayanan-Nya. Kita sepenuhnya bergantung kepada Dia.
Citra Dewi Siahaan
Literatur Perkantas Nasional