Posted on Tinggalkan komentar

Kesendirian dan Keheningan

Apakah Anda pernah merasakan kesendirian? Bagaimana Anda melalui hari-hari kesendirian itu? Tenggelam dalam kesepian? Bergegas mencari orang lain lalu melupakan kesendirian? Atau memaknai kesendirian sebagai bagian dari refleksi diri untuk kuat dalam hidup bersama?

Dietrich Bonhoeffer dalam bukunya yang berjudul Hidup Bersama mengatakan: ”Biarlah ia yang tidak dapat sendiri waspada terhadap persekutuan. Dan biarlah ia yang tidak berada dalam persekutuan waspada terhadap kesendirian.”

Banyak orang mencari persekutuan karena mereka takut akan kesendirian. Selalu berharap ada pertolongan atas dirinya yang sepi. Dan berakhir dalam kekecewaan. Mengapa? Karena ia menggunakan persekutuan untuk tempat pelarian dan untuk sesaat melupakan kesendiriannya. Ketahuilah, orang itu hanya akan menyakiti dirinya sendiri.

Seorang diri Anda berdiri di hadapan Tuhan—saat Ia memanggil Anda; seorang diri juga Anda harus menjawab panggilan itu; seorang diri Anda harus bergumul dan berdoa; dan sekali lagi hanya seorang diri Anda akan mati dan memberi pertanggungjawaban pada Allah. Anda tidak dapat menghindar dari diri Anda sendiri, karena Tuhan telah memilih Anda.

Tanda kesendirian adalah keheningan, sebagaimana perkataan adalah tanda persekutuan. Keheningan dan perkataan memiliki hubungan intim. Yang satu tidak akan ada tanpa kehadiran yang lain. Perkataan yang tepat keluar dari keheningan dan keheningan yang tepat keluar dari perkataan.

Keheningan bukan berarti kebisuan, sebagaimana perkataan tidak berarti ocehan. Kebisuan tidak menciptakan kesendirian dan ocehan tidak lantas menciptakan persekutuan.

Keheningan adalah saat berdiam diri di hadapan Allah yang berbicara melalui firman. Kita berdiam diri pada mula hari karena Tuhan seharusnya yang pertama bicara, dan kita berdiam diri sebelum tidur karena perkataan terakhir juga milik Tuhan. Keheningan sejati, kesunyian sejati, benar-benar berdiam diri, hanya muncul sebagai akibat kesadaran dari keheningan rohani.

Bila kita telah belajar berdiam diri di hadapan firman, kita juga akan belajar mengatur keheningan juga kata-kata kita sepanjang hari. Keheningan Kristen adalah keheningan yang mendengarkan, ketenangan yang memberikan damai, yang rela disapa kapan saja dengan sikap rendah hati. Ada kuasa penjernihan, pemurnian, dan konsentrasi luar biasa atas hal mendasar dalam berdiam diri.

Janganlah seorang pribadi mengharapkan apapun dari keheningan kecuali perjumpaan dengan Firman. Pribadi yang siap dalam keheningan akan siap hidup dalam persekutuan bersama.

Ditulis oleh Selfy Anastasia.

 

Bagikan:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *