”Tuan, kami ingin bertemu dengan Yesus!” (Yoh. 12:21). Demikianlah harapan orang-orang Yunani yang disampaikan kepada Filipus. Mengapa Filipus? Kita tidak pernah tahu alasan pastinya.
Kemungkinan besar karena Filipus adalah nama Yunani. Bisa jadi mereka beranggapan, orang yang bernama Yunani itu pasti akan mau menolong mereka. Pada masa itu kebanyakan orang Yahudi memandang rendah bangsa lain. Persoalannya: Filipus sendiri tak tahu harus berbuat apa.
Kelihatannya, Filipus tidak tahu tanggapan Yesus terhadap keberadaan orang-orang Yunani itu. Mungkin dia khawatir, Yesus akan bersikap sama seperti orang Yahudi lainnya. Jika demikian, tentu tak ada gunanya menyampaikan keinginan mereka kepada Yesus.
Filipus diharapkan menjadi jembatan. Dari sisi orang Yunani, nama Filipus terasa dekat. Tetapi, persoalannya, sekali lagi, Filipus tidak sungguh-sungguh tahu apa kehendak Yesus sehingga dia gagal menjadi jembatan. Filipus mungkin mengasihi orang-orang Yunani itu, tetapi dia tidak tahu apakah Yesus akan menerimanya atau tidak?
Untunglah, Filipus menyampaikan persoalan itu kepada Andreas. Dan bersama dengan Andreas, Filipus membawa orang-orang Yunani itu kepada Yesus. Andreas mampu menjadi jembatan karena dia tahu kehendak Yesus.
Sejatinya, menjadi jembatan merupakan panggilan setiap Kristen. Menjadi jembatan antara manusia dan Allah. Pertanyaannya: apakah kita telah menjalani panggilan menjadi jembatan dalam hidup sesehari? Syaratnya cuma dua: sungguh-sungguh diterima manusia dan mengetahui kehendak Allah.
Mari menjadi jembatan, juga di tempat kerja kita!
Selamat bekerja,
Yoel M. Indrasmoro
Direktur Literatur Perkantas Nasional