Setiap pengikut Kristus dipanggil menjadi saksi. Manusia butuh Terang. Dunia butuh Tuhan. Menjadi saksi berarti hidup di dalam dan berdasarkan Terang itu agar orang lain boleh merasakan Terang itu melalui kita.
Menjadi saksi tak ubahnya bulan yang memantulkan cahaya matahari. Sehingga orang yang merasakan terang itu dapat mensyukuri keberadaan matahari.
Tugas pengikut Kristus hanyalah memantulkan cahaya kasih Ilahi. Satu-satunya cara ialah dengan hidup di dalam dan berdasarkan Terang itu.
Pada titik ini, nasihat Petrus menjadi sangat relevan: ”Sebab itu, saudara-saudaraku yang kekasih, sambil menantikan semuanya ini, kamu harus berusaha, supaya kamu kedapatan tak bercacat dan tak bernoda di hadapan-Nya, dalam perdamaian dengan Dia” (2Ptr. 3:14).
Hidup kudus merupakan syarat utama seorang saksi Kristus. Dalam dunia media terdapat adagium ”media adalah pesan itu sendiri”. Jika ingin menjadi pembawa kabar baik, maka diri kita haruslah hidup dalam kabar baik itu sendiri. Jika tidak, kabar baik yang kita bawa hanya akan menjadi bahan olok-olokan.
Dan menurut Jose Maria Escriva, pendiri Opus Dei, ”Krisis dunia sekarang ini adalah krisis orang kudus”. Semua persoalan Indonesia, jika ditelusuri, memang bermuara pada aspek kekudusan ini.
Hidup kudus berarti hidup khusus. Bahasa Ibraninya qadosy ’dikhususkan’. Hidup kudus berarti hidup yang dikhususkan untuk Allah. Itu berarti juga semua yang kita pikirkan, katakan, lakukan di kantor pada hari ini.
Selamat bekerja,
Yoel M. Indrasmoro
Direktur Literatur Perkantas Nasional