Posted on Tinggalkan komentar

Akulah Kebangkitan dan Hidup

”Akulah kebangkitan dan hidup” (Yoh. 11:25). Di dalam suasana duka, Marta mendengar ucapan berwibawa ini. Yesus adalah kebangkitan dan hidup. Artinya, tak ada kematian kekal dalam diri orang yang percaya kepada-Nya. Kematian merupakan awal kehidupan kekal para pengikut Kristus.

Photo by Ricardo Mancía on Unsplash

Itu jugalah kalimat yang menghiburkan dan menguatkan setiap Kristen. Tak hanya dapat dirasakan di surga nanti, tetapi juga di dunia kini.

Dalam pengalaman hidup sesehari, tentu kita pernah mengalami saat-saat sulit, yang membuat kita merasa lebih baik mati saja. Namun, ini pula yang sering terjadi, kita mengalami bahwa Tuhan sungguh nyata dalam hidup. Tuhan peduli.

Ketika semua jalan terasa buntu, kita merasakan tangan Tuhan yang membangkitkan dan menghidupkan. Biasanya dengan cara yang tidak kita duga sebelumnya.

Jika memang demikian pengalaman kita, apakah kita telah menjadi orang yang membangkitkan dan menghidupkan orang lain? Apa yang telah kita lakukan bagi orang lain?

Lebih sempit lagi, bagaimanakah tutur kata kita terhadap orang lain? Kita tahu, pujian akan membangkitkan, menghidupkan, dan menyelamatkan hidup orang. Kapankah terakhir kali kita memuji?

Kita semua juga tahu, makian dan cemoohan akan mematikan dan membuat banyak orang tidak berkembang. Kapankah terakhir kali kita memaki, mencemooh, atau menyindir?

Dan manakah yang lebih banyak dirasakan orang lain: kata-kata yang menghidupkan atau yang mematikan? Pujian atau cemoohan?

Jika kita percaya bahwa Yesus adalah kebangkitan dan hidup—yang membangkitkan dan menghidupkan, apakah kita juga telah membangkitkan dan menghidupkan orang lain—khususnya rekan kerja kita?

Selamat bekerja,

Yoel M. Indrasmoro
Direktur Literatur Perkantas Nasional

Bagikan:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *