(Luk. 19:1-2)
”Yesus masuk ke kota Yerikho dan berjalan terus melintasi kota itu. Di situ ada seorang bernama Zakheus, kepala pemungut cukai, dan ia seorang yang kaya.”
Demikianlah awalan kisah pertobatan Zakheus menurut Lukas. Ya, nama kepala pemungut cukai itu Zakheus. Agak aneh memang, bahkan bisa menjadi bahan tertawaan, pemungut cukai kok namanya Zakheus.
Zakheus merupakan bentuk Yunani dari nama Zakkay dalam bahasa Ibrani, yang berarti ”bersih, tidak bersalah”, dan menurut Stefan Leks, biasanya dipakai sejajar dengan saddiq, yang berarti benar. Bahasa Indonesia menyerapnya menjadi sadik, yang berarti ”jujur, benar, setia, dan lurus”. Mengherankan bukan, seorang yang namanya berarti ”bersih, tidak bersalah” ternyata memilih pekerjaan sebagai pemungut cukai? Bisa jadi, Lukas pun heran ada seorang pemungut cukai yang tetap saja menyandang nama diri Zakheus.
Kepala pemungut cukai merupakan petugas lembaga fiskal Romawi. Tugas itu diberikan kepada siapa saja, warga pribumi, yang mampu menawarkan paling banyak uang kepada pemerintah penjajah. Pada akhirnya jumlah itu pula yang harus ditagihnya dengan bermacam cara.
Pemungut cukai sendiri tidak mendapat gaji dari pemerintah. Gajinya merupakan selisih uang antara jumlah yang disepakati antara dirinya dan pemerintah Roma dan jumlah uang yang berhasil ditagihnya. Itu berarti, kalau berlaku jujur, dia tidak akan mendapat selisih yang berarti. Yang sering terjadi, jumlah yang ditagih biasanya beberapa kali lipat dari kesepakatan dengan pemerintah.
Bisa dimaklumi, jika para pemungut cukai sangat dibenci orang Yahudi. Mereka dianggap lintah darat, bahkan pengkhianat bangsa. Sebab, mereka mengisap darah bangsa sendiri demi keuntungan bangsa lain.
Sebagai kepala pemungut cukai, pastilah dia seorang terkenal, bahkan mungkin terkaya di Yerikho. Namun, pekerjaan itulah yang membuat dia menjadi ”orang luar” dalam tatanan masyarakat Yahudi. Bahkan ada aturan yang melarang seorang pemungut cukai masuk ke dalam sinagoge. Pada titik ini Zakheus sesungguhnya pribadi yang kesepian.
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional