(Luk. 22:47-51)
Kisah penangkapan Yesus memperlihatkan beberapa hal yang menarik disimak. Yudas seorang dari kedua belas murid, berjalan di depan dan langsung mencium Yesus. Tentu saja ini bukan ciuman kasih, namun tanda bagi rombongannya untuk menangkap Yesus. Tentu saja mereka tidak ingin salah tangkap. Salah tangkap bisa jadi malah akan membuat rakyat marah.
”Hai Yudas, dengan ciumankah engkau menyerahkan Anak Manusia?” Itulah tanggapan Yesus terhadap tindakan Yudas. Kemungkinan besar Yudas hanya diam saja. Mau ngomong apa lagi. Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Yudas, apakah dengan ciuman itu engkau mau mengkhianati Anak Manusia?” Ya, ciuman itu malah menjadi tanda pengkhianatan.
Seorang murid langsung menghunus pedangnya dan menetak telinga kanan hamba imam besar. Menarik diperhatikan, tidak seperti penulis Injil Yohanes, Lukas tidak menuliskan nama murid itu, juga hamba imam besar yang tengah mengerang kesakitan sambil memegang luka bersimbah darah. Bisa jadi memang disengaja karena Lukas hendak mengarahkan pembacanya untuk menyaksikan tindakan kasih Sang Guru yang menyembuhkan telinga hamba imam besar itu.
Pada titik ini Yesus memperlihatkan diri sebagai manusia merdeka. Dia tidak pernah membenci orang-orang yang menangkapnya. Bahkan, mau melakukan yang terbaik bagi orang yang hendak menangkapnya.
Kita tidak tahu bagaimana perasaan hamba imam besar itu. Sesungguhnya dialah saksi hidup bagaimana orang yang hendak ditangkapnya malah menyembuhkannya. Dia sungguh merasakan kasih Yesus.
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional