(Luk. 21:7)
”Guru, bilamanakah itu akan terjadi? Dan apakah tandanya, kalau itu akan terjadi?” Demikianlah pertanyaan yang keluar dari mulut para murid berkait dengan akhir zaman. Tampaknya, pertanyaan mereka itu mewakili banyak orang pada masa itu, juga masa kini.
Ya, berkaitan dengan akhir zaman kita sering terjebak dengan dimensi waktu. Kapan? Manusia sebagai makhluk waktuwi sering bertanya kapan semuanya itu akan terjadi. Kita juga sering menanyakan apa tandanya.
Untuk menjawab pertanyaan itu, dibuatlah banyak seminar tentang akhir zaman di sana sini. Para pembicara biasanya mengaitkannya dengan bencana-bencana alam yang ada. Dan seminar kayak begini biasanya memang laku. Tak sedikit orang yang antusias dibuatnya.
Kebanyakan orang, juga kita, kadang berpaku pada soal waktu dan tanda. Dan lupa untuk mempertanyakan kembali mengapa kita bertanya soal-soal itu. Kemungkinan besar karena kita merasa tak pernah siap untuk menyambut akhir zaman itu. Kalau tahu waktu dan tanda, tentunya kita merasa dapat mempersiapkan diri dengan lebih baik.
Tak beda halnya dengan perkawinan. Jika kita telah menetapkan waktunya, maka kita dapat mengatur kesiapan kita. Sehingga semakin dekat dengan harinya, kita dapat menyiapkan diri kita dengan lebih intensif.
Atau, yang lebih gawat lagi, jika kita punya prinsip melakukan segala sesuatu di menit-menit terakhir. Istilah para pelajar: sistem kebut semalam. Mengapa? Biasanya alasannya adalah kalau mempersiapkan diri terlalu lama sering lupa. Mending, siapkan semalam dengan harapan masih nyantol hingga besok pagi saat ujian.
Alasan praktis mengapa banyak orang berkutet soal waktu dan tanda akhir zaman ialah mereka merasa soal kerohanian itu urusan orang-orang yang telah uzur. ”Mumpung masih muda, senang-senang dululah, bertobatnya nanti saja saat sudah tua.” Kalau ada di antara kita berpikiran semacam ini, mungkin kita perlu bertanya dalam hati: ”Emangnya bisa sampai tua?” Jangan-jangan kita tidak pernah merasakan masa tua, saat muda langsung dipanggil Tuhan.
Mungkin kita pun, berkait dengan akhir zaman, harus mengubah cara pandang kita.
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional