(Luk. 22:21-23)
”Tetapi, lihat, tangan orang yang menyerahkan Aku, ada bersama dengan Aku di meja ini. Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan!”
Jelaslah peristiwa penyaliban bukanlah sesuatu yang tiba-tiba, namun telah dirancangkan sejak manusia jatuh ke dalam dosa. Yesus datang ke dunia memang untuk mati. Penyaliban adalah puncak rencana penyelamatan Allah bagi manusia.
Lalu bagaimana kita memahami frasa ”celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan”? Betapa terkesan tidak adil bahwa Yudas menjadi ”sarana” kematian Yesus melalui pengkhianatannya. Jelas Yudas salah dalam hal ini. Bagaimanapun
pengkhianatannya itu dilakukan bukan tanpa sadar. Pengkhianatan yang dilakukannya itu sungguh berencana. Lalu apa motivasinya?
Berkenaan dengan motivasi, ada pendapat bahwa Yudas ingin menempatkan Yesus pada posisi yang akan menjadikan diri-Nya pemberontak terhadap Roma. Dengan kata lain, Yudas sedang mencoba memprovokasi Yesus untuk memberontak.
Namun, pandangan ini bisa disangkal karena Yudas bersepakat menerima upah dari pengkhianatannya itu. Dan upahnya adalah seharga budak belian pada masa itu. Kitab-kitab Injil sepakat bahwa Yudas menjual Yesus.
Yang menarik disimak adalah kenyataan bahwa para murid mulai mempersoalkan siapa di antara mereka yang akan mengkhianati guru mereka. Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Maka mereka mulai bertanya-tanya satu sama lain, siapa dari antara mereka yang akan melakukan hal itu.”
Ya, mereka mulai mencari tahu. Kelihatannya mereka berusaha mencegah agar peristiwa pengkhianatan itu tidak terjadi. Dengan kata lain, mereka sendiri tak ingin Yesus mati. Padahal Yesus memang datang untuk mati.
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional