(Ayb. 2:1-6)
”Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorang pun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Ia tetap tekun dalam kesalehannya, meskipun engkau telah membujuk Aku melawan dia untuk mencelakakannya tanpa alasan” (Ayb. 2:3).
Inilah pujian kedua dari Allah berkenaan Ayub di tengah sidang ilahi. Di mata Allah tidak ada manusia seperti Ayub—Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera—”Dia masih tetap setia kepada-Ku, walaupun engkau telah membujuk Aku mencelakakan dia tanpa alasan.” Bagi Allah Ayub adalah pribadi setia. Dan kesetiaan itu memang diuji kala situasi dan kondisi sedang tidak baik-baik saja. Dengan cara demikian, Allah berhasil membuktikan bahwa kepercayaan dan pujian sebelumnya tidak salah.
Namun, Iblis masih menyangkal, ”Kulit ganti kulit! Orang akan memberikan segala yang dipunyainya ganti nyawanya. Tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah tulang dan dagingnya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu” (Ayb. 2:4-5). Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini dinyatakan: ”Nyawa dan kesehatan lebih berharga daripada harta. Manusia rela mengurbankan segala miliknya asal ia dapat tetap hidup. Seandainya tubuhnya Kausakiti, pasti ia akan langsung mengutuki Engkau!”
Pencobaan kedua setingkat lebih tinggi dari yang pertama. Ayub jelas tak lagi bisa memakai pola pikir sebelumnya: manusia lahir dan mati tanpa membawa apa-apa. Sebab Iblis memakai premis bahwa demi kesehatan, manusia dapat melakukan segala upaya. Dan premis ini juga yang terus ada hingga kini, saat kita didera pandemi.
Menariknya, Allah mengizinkan Iblis menyentuh tubuh Ayub, namun tak boleh membunuhnya. Jelas di sini Allah tetap memercayai Ayub. Allah percaya, Ayub akan lulus dari cobaan kedua ini.
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional