(Luk. 14:15-22)
Perumpamaan mengenai orang yang berdalih tidak muncul dalam ruang hampa. Sang Guru sengaja membuatnya untuk memperingatkan kepada para pendengarnya. Sejatinya perumpamaan itu merupakan tanggapan ucapan seorang tamu: ”Berbahagialah orang yang akan dijamu dalam Kerajaan Allah.”
Ucapan itu sendiri sungguh benar. Ya, apa yang lebih indah ketimbang undangan masuk ke dalam Kerajaan Allah. itu berarti Allah menganggap orang itu layak masuk ke dalam Kerajaan-Nya. Masuk ke dalam Kerajaan Allah berarti orang itu sama kudusnya dengan Allah. Tentu kita masih ingat, dasar pengusiran Adam dan Hawa dari Taman Eden: Adam dan Hawa dianggap tak lagi sekudus Allah. Kekudusan Allah meniscayakan bahwa semua yang cemar sirna dari hadapan-Nya.
Dalam perumpamaan-Nya, Yesus memperlihatkan kepada pendengar-Nya kenyataan bahwa tak semua orang menyambut undangan Allah itu. Pada masa itu, undangan biasa diberikan jauh-jauh hari sebelum pelaksanaan pesta. Tujuannya adalah agar yang diundang bersiap diri terlebih dahulu. Ketika sudah waktunya pesta ada hamba yang diutus untuk memberitahukan bahwa semuanya sudah siap.
Masalahnya, ketika diumumkan, ternyata banyak yang berdalih. Ada yang baru saja membeli tanah, ada yang membeli lima pasang lembu, bahkan ada yang baru menikah. Yang jelas mereka semua tak lagi memprioritaskan undangan tersebut. Dan itu sama halnya dengan menganggap sepi sang pengundang. Sebenarnya, sang pengundang telah memprioritaskan mereka untuk diundang, tetapi orang-orang itu tak lagi memprioritaskan sang pengundang. Dan karena itu sang pengundang murka.
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional