(Luk. 9:1-6)
Kisah pengutusan kedua belas murid senantiasa menarik untuk disimak. Pertama, Yesus memanggil para murid tidak hanya untuk menikmati persekutuan dengan-Nya, tetapi untuk diutus. Mereka dipanggil untuk diutus. Diutus untuk membagikan apa yang pernah mereka rasakan saat bersama Yesus. Orang Kristen dipanggil tidak untuk menikmati sendirian saja kasih Kristus itu, namun juga memberikan kesempatan bagi orang lain untuk merasakannya juga.
Kedua, Yesus tidak pernah mengutus orang sendirian. Dalam Injil Markus, para murid diutus berdua-dua, sedangkan Lukas menceritakan pengutusan itu dijalani oleh sekelompok murid.
Manusia memang tidak dapat melakukan apa pun sendirian. Dengan berdua-dua atau berkelompok, mereka dapat saling dukung, juga saling asah. Alasan lainnya, mungkin Yesus hendak menghindari kecenderungan kesombongan dalam diri murid-Nya. Jika hanya satu orang, saat berhasil mudah bagi dia untuk menyatakan kepada dunia bahwa karena dia (dia sendirilah) sukses dicapai. Kelompok membuat orang memahami bahwa keberhasilan bukan karyanya semata, tetapi orang lain, dan juga Allah.
Ketiga, Yesus memberi kuasa. Utusan memang membawa wibawa pengutusnya. Seharusnya, ini membuat para utusan Kristus jauh dari sikap rendah diri. Bagaimanapun, Kristuslah yang telah mengutus mereka.
Keempat, Yesus melarang para murid membawa apa-apa. Tampaklah kepasrahan penuh kepada Pengutus. Kristus sendiri yang akan mencukupkan kebutuhan mereka. Utusan semestinya pasrah total kepada Sang Pengutus.
Akhirnya, apakah kita telah sungguh-sungguh hidup sebagai utusan Kristus?
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional