Posted on Tinggalkan komentar

Pelita Tubuh

(Luk. 11:33-36)

”Tidak seorang pun yang menyalakan pelita lalu meletakkannya di kolong rumah atau di bawah tempayan, melainkan di atas kaki pelita, supaya semua orang yang masuk, dapat melihat cahayanya. Matamu adalah pelita tubuhmu. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu, tetapi jika matamu jahat, gelaplah tubuhmu. Karena itu, perhatikanlah supaya terang yang ada padamu jangan menjadi kegelapan. Jika seluruh tubuhmu terang dan tidak ada bagian yang gelap, maka seluruhnya akan terang, sama seperti apabila pelita menerangi engkau dengan cahayanya.”

Pengajaran Yesus dimulai dengan logika sederhana. Pelita berfungsi untuk menerangi. Aneh rasanya jika orang menyalakan pelita lalu meletakkannya di kolong rumah. Pelita itu menjadi tiada guna.

Mata, dalam pemandangan Yesus, adalah pelita tubuh. Sebagai pelita tubuh, mata harus menerangi seluruh tubuh. Dan itu hanya mungkin terjadi jika mata itu dalam keadaan baik. Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Kalau matamu jernih, seluruh badanmu terang-benderang. Tetapi kalau matamu kabur, seluruh badanmu menjadi gelap gulita.”

Senyatanya semua soal hidup sering kali berawal dari mata. Ketika seseorang melihat harta orang lain, bisa jadi timbul keinginan dalam hati untuk memilikinya juga, dan kemudian mencurinya.

Namun, bisa terjadi hal sebaliknya, saat melihat harta orang lain, orang tersebut mungkin menyadari bahwa harta itu merupakan pemberian Allah. Jika dia tak memiliki harta sebanyak itu, kemungkinan besar karena Allah tahu dia takkan mampu mengelolanya dengan baik. Dari pemahaman inilah muncul rasa syukur. Inilah dampak mata jernih.

Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional

Bagikan:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *