(Luk. 7:24-30)
”Untuk apakah kamu pergi ke padang gurun? Melihat buluh yang digoyangkan angin kian ke mari? Atau untuk apakah kamu pergi? Melihat orang yang berpakaian halus? Orang yang berpakaian indah dan yang hidup mewah, tempatnya di istana raja. Jadi untuk apakah kamu pergi? Melihat nabi? Benar, dan Aku berkata kepadamu, bahkan lebih dari pada nabi.”
Ya, lebih daripada nabi. Demikianlah kesaksian Yesus tentang sepupunya. Dia bukanlah rumput yang tertiup angin. Prinsip hidupnya jelas, juga tegas. Kenyataan bahwa Yohanes Pembaptis tidak berpakaian halus dan tinggal di gurun—makanannya pun belalang dan madu hutan—membuat dia tidak perlu menjilat siapa pun. Kesederhanaan membuatnya mampu hidup merdeka.
Yohanes Pembaptis bukan sekadar nabi karena dia adalah Sang Perintis—yang menyiapkan jalan bagi Yesus Orang Nazaret. Dia memang bukan pribadi sembarangan. Mengingat beberapa murid terbaik Yohanes Pembaptis, misalnya Andreas, menjadi murid Yesus Orang Nazaret memperlihatkan bahwa Yohanes Pembaptis menjalankan perannya sebagai pembuka jalan. Yohanes Pembaptis boleh dibilang sebagai pribadi yang menyiapkan sekelompok orang Israel untuk menjadi pengikut Yesus nantinya. Itulah yang membuatnya lebih daripada nabi.
Namun, ini menariknya, agaknya Sang Guru mengajak para murid-Nya tidak terpaku pada kebesaran Yohanes Pembaptis. Dalam perspektif Kerajaan Allah, yang terbesar adalah dia yang memilih menjadi yang terkecil dan melayani semua.
Nah, menariknya pula, Yohanes Pembaptis semasa hidup pernah berkata tentang Yesus Orang Nazaret, ”Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil” (Yoh. 3:30). Jelaslah, Yohanes Pembaptis memang orang besar.
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional