Posted on Tinggalkan komentar

Ibadah yang Sejati

Pemazmur mengakhiri Mazmur 50 dengan sebuah kesimpulan: ”Siapa yang mempersembahkan syukur sebagai korban, ia memuliakan Aku; siapa yang jujur jalannya, keselamatan yang dari Allah akan Kuperlihatkan kepadanya.” Dengan kesimpulan macam begini, pemazmur hendak memperbaiki pemahaman umat Israel yang menganggap bahwa Allah memerlukan kurban mereka.

Itu jugalah yang ditekankan pemazmur pada ayat 9-10: ”Tidak usah Aku mengambil lembu dari rumahmu atau kambing jantan dari kandangmu, sebab punya-Kulah segala binatang hutan, dan beribu-ribu hewan di gunung.” Jelaslah bahwa Allah sejatinya tak membutuhkan kurban apa pun. Sebab segala yang ada di bumi sejatinya memang milik Allah.

Judul yang diberikan Lembaga Alkitab Indonesia untuk Mazmur 50 adalah ”Ibadah yang Sejati”. Dan ibadah yang sejati—menurut pemazmur—adalah mempersembahkan hati syukur dan laku jujur. Dan pandemi Covid-19 merupakan saat terbaik untuk menguji apakah hati kita penuh syukur dan tindakan kita penuh kejujuran.

Mari kita bertanya dalam diri: ”Apakah kita mampu bersyukur di tengah pandemi ini?” Bisa jadi kita malah tegang dan khawatir akan masa depan, sehingga lupa mensyukuri berkat-berkat yang masih Tuhan berikan hingga kini.

Memang bukan perkara gampang. Namun, jika kita tidak mampu bersyukur, kita akan semakin khawatir. Bahkan, ketidakmampuan bersyukur bisa membawa kita pada tindakan-tindakan yang tidak jujur.

Karena itu, mari bersyukur! Dan meminta Tuhan untuk menyempurnakan syukur kita.

SMaNGaT,

Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional

Bagikan:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *