(Ayb. 31:29-30)
”Apakah aku bersukacita karena kecelakaan pembenciku, dan bersorak-sorai, bila ia ditimpa malapetaka—aku takkan membiarkan mulutku berbuat dosa, menuntut nyawanya dengan mengucapkan sumpah serapah!”
Demikianlah pertanyaan Ayub kepada para sahabatnya berkait dengan orang-orang yang membencinya. Tampaknya Ayub begitu percaya diri menyatakan bahwa dia tidak pernah menginginkan, apalagi bergembira jika orang-orang yang membencinya ditimpa malapetaka. Dia menegaskan bahwa dia tidak akan membiarkan mulutnya berbuat dosa dengan menuntut nyawa orang-orang yang memusuhinya.
Tak mudah memang bersikap kepada orang-orang yang membenci kita tanpa alasan. Karena marah, karena tak habis mengerti, kita pun bisa saja mengucapkan dan mengharapkan yang buruk dari orang tersebut. Jamak juga kita mendengar dalam masyarakat orang, bisa jadi karena saking marahnya, seseorang berseru: ”Saya doakan Tuhan menghukummu!” atau ”Gue sumpahin mampus lu!” Doa macam begini memang aneh. Namun, itulah yang terjadi dalam dunia nyata.
Nah, Ayub berbeda. Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Belum pernah aku bersenang karena musuhku menderita, atau bersukacita karena ia mendapat celaka. Aku tidak berdoa untuk kematian musuhku; tak pernah aku berbuat dosa semacam itu.” Dan karena itulah, Ayub dengan penuh percaya diri berdiri di hadapan Allah. Bagaimana dengan kita?
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional