Posted on Tinggalkan komentar

Allah Tidak Berlaku Curang

(Ayb. 34:10-15)

”Jauhlah dari pada Allah untuk melakukan kefasikan, dan dari pada Yang Mahakuasa untuk berbuat curang. Malah Ia mengganjar manusia sesuai perbuatannya, dan membuat setiap orang mengalami sesuai kelakuannya. Sungguh, Allah tidak berlaku curang, Yang Mahakuasa tidak membengkokkan keadilan” (Ayb. 34:10-12).

Demikianlah pemahaman Elihu tentang Allah. Dia bagikan pemahaman itu kepada Ayub dan tiga sahabatnya. Pengantarnya menarik disimak: ”Oleh sebab itu, kamu orang-orang yang berakal budi, dengarkanlah aku.” Dengan mengatakan begini, sejatinya Elihu mengakui bahwa keempat sahabatnya itu memang berakal budi. Dengan begitu, sejatinya penegasan Elihu ini semestinya tidak diperlukan lagi. Atau, jangan-jangan Elihu sedang menyindir para sahabatnya.

Memang kadang akal budi bisa membuat orang sesat pikir, bahkan merasa lebih bijak dari Allah. Sehingga setiap manusia mesti mengakui bahwa akal budi adalah anugerah Allah. Pengakuan macam begini membuat orang akhirnya terhindar dari sesat tindak.

Elihu menegaskan, dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini, ”Masakan Allah Yang Mahakuasa berbuat salah? Ia mengganjar manusia setimpal perbuatannya, memperlakukan dia sesuai kelakuannya. Allah Yang Mahakuasa tidak melakukan kejahatan; semua orang diberi-Nya keadilan.” Allah itu adil. Dia tidak mungkin berlaku curang.

Jika manusia merasa Allah berlaku curang, mungkin karena dia belum memahaminya saja. Bagaimanapun, tegas Elihu, Allah adalah Pencipta dan manusia adalah ciptaan. Dalam ayat 14-15, Elihu menyatakan: ”Jikalau Ia menarik kembali Roh-Nya, dan mengembalikan nafas-Nya pada-Nya, maka binasalah bersama-sama segala yang hidup, dan kembalilah manusia kepada debu.” Jelaslah manusia terbatas. Dan yang terbatas, dalam pemandangan Elihu, tak berhak menilai bahwa Allah itu curang.

Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional

Bagikan:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *