Posted on Tinggalkan komentar

Kasihilah Musuhmu

”Hal apa yang paling sulit kau lakukan?” tanya seorang teman kepadaku ketika kami bermain truth or dare, yang sengaja kami buat di tengah acara api unggun malam itu. Pertanyaan seperti itu membuatku tersenyum lega. Mudah sekali pikirku. Dan tanpa babibu aku menjawab, ”Tidak mendendam.”

Realitas mau tidak mau menghadapkan manusia pada satu kesulitan tertentu yang sangat spesifik dalam hidupnya. Realitas itu bak pertanyaan yang mudah sekali untuk dijawab, tetapi dengan jawaban yang sulit sekali dipraktikkan.

Dalam buku Karunia Penderitaan: Menemukan Allah dalam Situasi Sulit dan Mencekam, Mark Yaconelli mengungkap adanya penelitian dari ahli saraf bahwa bagi otak manusia mendendam adalah suatu hal yang ternyata sangat menyenangkan. Semua perasaan buruk yang muncul sebagai respons terhadap penghinaan, luka masa lalu, dan ketidakadilan yang pernah dialami atau dirasakan seseorang tiba-tiba harus dilepaskan, dan sistem emosional manusia diseimbangkan kembali ketika diberi kesempatan untuk menyerang orang lain, meskipun mungkin kita tidak mendapat manfaatnya.

Kemarahan kita mencari lawan untuk melampiaskan sakit hati yang terpendam. Sering kali ”musuh” sangat ingin membalas. Siklus pembalasan itu berputar dan berputar, mencari kesempatan untuk saling menatap dalam amarah dan akhirnya seperti kata Gandhi, ”semua orang menjadi buta.”

Ajaran Yesus adalah upaya untuk memutus siklus tersebut. Yesus tidak membalas kemarahan dengan kemarahan. Yesus tidak pernah membalas ejekan, lontaran yang tidak manusiawi, kebencian, dan kekerasan yang diterima-Nya. Bahkan menjelang kematian-Nya, Ia menolak untuk mengutuk para penganiaya-Nya. Ia berdoa, ”Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (Luk. 23:34).

Kita diundang Yesus untuk berhenti sejenak dan mendengarkan sekeliling kita secara lebih mendalam. Ia ingin kita menyadari bahwa dendam adalah luka yang sejatinya hanya membutuhkan pera­watan-Nya. Dan Dia rindu kita yang telah dipulihkan-Nya, bisa berbalik dan melepaskan pengampunan kepada orang yang telanjur menyakiti kita, seperti dalam perintah-Nya: ”Kasihilah musuhmu”.

Febriana Dyah Hardiyanti

Literatur Perkantas Nasional

Bagikan:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *