(Luk. 17:1-3a)
”Tidak mungkin tidak akan ada hal yang membuat orang berbuat dosa, tetapi celakalah orang yang mengadakannya. Lebih baik baginya jika sebuah batu giling diikatkan pada lehernya, lalu ia dilemparkan ke dalam laut, daripada menyebabkan salah satu dari orang-orang yang kecil ini berbuat dosa. Jagalah dirimu!”
Demikianlah nasihat Yesus kepada para murid-Nya. Manusia cenderung berbuat dosa. Seorang yang berbuat dosa biasanya mengajak orang lain. Bisa jadi karena dia ingin dianggap benar. Atau, enggan menanggung hukuman itu sendirian. Dan inilah yang dimaksud Yesus dengan penyesatan.
Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Sederhana tertera: ”Orang berbuat dosa karena ada hal-hal yang membuat mereka berdosa. Dan hal-hal seperti itu pasti akan selalu ada. Tetapi, celakalah orang yang menyebabkan hal-hal itu terjadi! Kalau orang menyebabkan seorang dari antara orang-orang kecil ini berbuat dosa, celakalah orang itu. Lebih baik kalau batu penggilingan dikaitkan pada lehernya dan ia di lemparkan ke dalam laut. Sebab itu, berhati-hatilah mengenai apa yang kalian lakukan.”
Yesus tidak ingin para murid-Nya menjadi penyesat. Dengan kata lain, kalau memang berbuat salah, ya jangan ngajak-ngajak orang lain. Biarlah yang salah menanggung hukumannya sendiri.
Menarik pula disimak, Sang Guru dari Nazaret mewanti-wanti para murid-Nya untuk mewawas diri. Artinya mereka harus bersedia melihat diri sendiri secara jujur atau introspeksi. Bisa jadi mereka enggak mengajak-ajak, tetapi orang lain bisa menjadi tersesat karena meniru sikap dan perilaku mereka.
Juga kita para murid-Nya pada masa kini. Karena itu, jalan terlogis bagi kita pula adalah hati-hati dengan kata dan perbuatan kita.
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional