(Luk. 22:63-65)
”Kemudian orang-orang yang menahan Yesus, mengolok-olokkan Dia dan memukuli-Nya. Mereka menutupi muka-Nya dan bertanya, ’Cobalah katakan siapa yang memukul Engkau?’ Masih banyak lagi hujat yang diucapkan mereka kepada-Nya.”
Hukuman telah dijatuhkan sebelum sidang pengadilan. Orang-orang yang menahan Yesus mempermainkan dan memukuli-Nya. Dengan kata lain, Yesus menjadi barang mainan. Inilah kejahatan itu, ketika orang menganggap sesamanya itu benda yang boleh dipermainkan seenak hatinya.
Tak ada lagi penghargaan terhadap sesama. Yang ada adalah orang yang menahan—karena merasa lebih berkuasa—merasa berhak mempermainkan tahanannya. Tak hanya dengan kata, tetapi juga dengan pukulan.
Tampaknya Lukas juga tidak merasa perlu mendramatisasi adegan di rumah imam besar itu. Dia hanya mencatat: masih banyak lagi hujat yang diucapkan mereka kepada-Nya. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, hujat berarti caci, cela, atau fitnah. Tentunya semua itu bernada merendahkan. Dan tentu saja kita tak tahu berapa lama mereka menghujat-Nya.
Yang menarik disimak, Yesus diam. Tampaknya Sang Guru tahu, tak ada gunanya membantah, apalagi marah terhadap para penahan-Nya. Marah hanya akan membuat sang pelaku lebih beringas. Dan tentu diri malah capek sendiri.
Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional