Posted on Tinggalkan komentar

Masa Muda

(Pengkhotbah 11:9-10)

Berkait masa muda, dalam ayat 9-10, sang pemikir menasihati: ”Bersukarialah, hai pemuda, dalam kemudaanmu, biarlah hatimu bersuka pada masa mudamu, dan turutilah keinginan hatimu dan pandangan matamu, tetapi ketahuilah bahwa karena segala hal ini Allah akan membawa engkau ke pengadilan! Buanglah kesedihan dari hatimu dan jauhkanlah penderitaan dari tubuhmu, karena kemudaan dan fajar hidup adalah kesia-siaan.”

Nasihat yang wajar. Bersukacita menjadi logis karena mereka memang masih muda. Energi mereka masih full. Kesempatan masih terbuka luas. Tak ada beban apa pun. Jika ada kesalahan atau kegagalan yang diperbuat, maka waktu untuk memperbaikinya masih terbilang panjang.

Kelihatannya sang pemikir juga memercayai bahwa orang muda punya kadar idealisme tinggi. Mereka memang belum punya beban hidup yang kadang melunturkan idealisme tadi. Karena itu, mereka didorong untuk menuruti keinginan hati dan mata.

Yang tidak boleh dilupakan, waktu muda itu tidak lama. Cuma sebentar. Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Usirlah khawatir dan susah dari hatimu, sebab masa mudamu cepat berlalu.”

Namun demikian, menarik disimak bahwa sang pemikir merasa perlu mengingatkan bahwa di balik setiap tindakan ada tanggung jawab yang diemban. Atau—yang juga benar—sebagai mandataris Allah, Allah sendirilah yang akan menuntut pertanggungan jawab dari mereka. Itu berarti orang muda harus serius—jangan main-main!

SMaNGaT,

Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional

Foto: Takahiro Taguchi

Bagikan:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *