Posted on Tinggalkan komentar

Ditolak

(Luk. 9:50-56)

”Tetapi orang-orang Samaria itu tidak mau menerima Dia, karena perjalanan-Nya menuju Yerusalem.” Demikianlah catatan Lukas perihal dengan perjalanan Yesus ke Yerusalem.

Di balik kisah penolakan itu, terkandung fakta bahwa orang-orang Samaria itu berkesempatan menerima Yesus. Guru dari Nazaret itu telah mengutus beberapa murid untuk mempersiapkan persinggahan bagi-Nya.

Jelas di sini, desa Samaria itu merupakan tempat yang penting di hati Yesus. Itu juga berarti Yesus membuka diri. Dia hadir untuk semua orang. Sang Guru dari Nazaret tidak bersikap membedakan. Dia menerima orang Samaria sebagaimana Dia menerima orang Yahudi.

Tak mudah memahami alasan di balik penolakan itu. Namun, banyak penafsir menduga bahwa penduduk desa tersebut agaknya tak menyukai semua hal yang berbau Yerusalem.

Sungguh gampang dimaklumi. Pada masa itu orang Yahudi tidak mengakui keberadaan orang Samaria. Di mata orang Yahudi, orang Samaria merupakan kelompok manusia sesat. Itu jugalah yang menyebabkan orang Samaria tak lagi menghormati orang Yahudi.

Penolakan itu tentu saja membuat berang para murid. Di mata mereka orang Samaria itu tak tahu diri. Sudah bagus Yesus menganggap mereka berharga, lalu mengapa mereka meremehkan-Nya? Yakobus dan Yohanes lalu berkata, ”Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?” Namun, Yesus langsung menolaknya dan menegur mereka.

Yesus menegaskan bahwa orang yang mau mengabarkan kehadiran-Nya tidak boleh mengancamkan hukuman, apalagi mengutuk orang atas nama-Nya. Yesus mengundang semua orang. Tetapi Yesus sendiri tidak mau memaksakan kehendak-Nya atas orang-orang yang diundang tersebut. Yesus menghargai kehendak bebas mereka. Ketika ditolak, Yesus mengambil langkah logis. Dia pergi ke desa lain.

Gereja masa kini perlu belajar dari Sang Guru dalam hal ini. Gereja ada memang untuk dunia. Namun, ketika ada sekelompok orang yang menolak kehadiran gereja, menolak hal baik yang hendak dilakukan, gereja masa kini tak perlu marah, bahkan mengutuk. Langkah sederhana ialah pergilah ke tempat lain. Lain kali, baru kembali lagi ke tempat tersebut. Gereja harus siap ditolak!

Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional

Bagikan:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *