Posted on Tinggalkan komentar

Angin Ribut Diredakan

(Luk. 8:22-25)

Sebagian dari para murid bukanlah pelaut amatiran. Namun, mereka semua ketakutan setengah mati ketika tiba-tiba taufan datang. Air mulai masuk ke perahu dan mereka makin panik. Mereka sadar masalah itu terlalu besar untuk ditanggung sendiri. Mereka pun membangunkan Yesus.

Terlalu fokus pada masalah sering membuat orang panik. Mengapa? Karena masalah itu akan terlihat semakin besar. Pada titik ini tindakan para murid membangunkan Yesus sungguh tepat. Mereka mengajak Yesus turut serta mengatasi masalah mereka. Mereka tidak mampu mengatasi masalah itu sendirian. Mereka yakin bahwa Yesus akan menolong mereka, meskipun kalimat yang keluar dari mulut mereka terkesan aneh—”Guru, Guru, kita binasa.”

Ya, kalimatnya memang aneh: ”kita binasa”. Mereka sepertinya belum terlalu mengenal guru mereka. Sehingga, Yesus pun—setelah membentak angin itu—berkata, ”Di manakah kepercayaanmu?” Sang Guru mempertanyakan kepercayaan para murid-Nya.

Persoalan terbesar orang percaya abad XXI mungkin memang di sini: bersama Yesus, tetapi tidak merasakan penyertaan-Nya. Kala kita berkata Allah menyertai kita, apakah kita sungguh-sungguh percaya akan penyertaan Allah itu? Jangan-jangan kita malah begitu ketakutan seperti para murid. Takut itu lumrah, dikuasai ketakutan tentu aneh karena Allah menyertai.

Ketiadaan sinar matahari tidaklah membuktikan ketiadaannya. Cuaca boleh mendung, kita tidak merasakan sinar matahari, tetapi kita tidak boleh berkata bahwa matahari tidak ada. Tidak. Dia hanya tertutup awan tebal. Kalau awannya sirna, kita akan merasakan keberadaan matahari. Dengan kata lain, Allah lebih akbar dari masalah-masalah kita. Pertanyaannya: Apakah kita memercayai-Nya?

Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional

Bagikan:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *