Superioritas dan Keistimewaan Alkitab

Stok habis

Bagikan:

Deskripsi

Segala puji bagi Allah Bapa di Sorga atas segala kasih setiaNya yang terus melimpah atas kita semua. Kami bersyukur buku “Otoritas Alkitab’ dapat dicetak ulang kembali untuk ketiga kalinya. Puji Tuhan, sekalipun buku ini relatif cukup berat untuk dibaca -sesuai dengan isi pembahasan yang memang harus demikian- namun buku ini tetap mendapat tempat di hati banyak Pembaca sekalian.

Dalam edisi ketiga ini, kami mengubah judul dari judul lama, yaitu “Otoritas Alkitab” menjadi “Superioritas dan Keistimewaan Alkitab”.

Dengan demikian, kami juga mengubah covernya. Kami berpendapat bahwa judul baru ini lebih tepat menyatakan isi pembahasan di dalamnya, serta juga lebih menarik perhatian. Kami juga mengedit ulang serta mengubah tata letaknya. Semuanya ini kami lakukan dengan semangat ingin terus mempersembahkan karya yang lebih baik kepada Pembaca sekalian. Mengapa kita menerima Alkitab sebagai Firman Allah? Bagaimanakah proses pengilhaman Alkitab tersebut?

Apakah tidak mungkin Alkitab melakukan kesalahan-kesalahan kecil? Pertanyaan-pertanyaan ini adalah sebagian pertanyaan yang sering muncul dalam setiap ceramah dan seminar yang kami layani. Kita akan membahas hal-hal tersebut dalam buku ini.

Mengingat topik ini adalah salah satu doktrin Kristen yang banyak dipertentangkan, maka Penulis mendekatinya dengan ‘berkonsultasi’ dengan Theolog-theolog yang setia terhadap Alkitab. Dengan demikian diharapkan, kita memiliki kebenaran yang lebih lengkap. Karena itu, untuk menjaga keutuhan pendapat mereka, Penulis langsung mengutip tulisan mereka dengan memberi terjemahan seperlunya. Bagi mereka yang ingin mendalaminya, seperti para mahasiswa theologia, kami juga memberikan catatan akhir (endnotes) Kami sungguh menyadari bahwa doktrin bukan hanya untuk memuaskan otak, tetapi harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu, kami juga berupaya memberikan penerapan praktis pada bagian-bagian tertentu.

I. Beberapa Pandangan Terhadap Alkitab
Sesungguhnya topik tentang Alkitab sangat penting. Sesungguhnya ini adalah salah doktrin gereja yang sangat penting. Mengapa? Jawabnya jelas: karena sebenarnya seluruh doktrin gereja berasal dan dibangun dari topik ini. Seseorang dikelompokkan kepada theolog liberal atau konservatif (Injili) adalah berdasarkan sikap mereka kepada Alkitab. Yang pertama, mereka menjadikan Alkitab sebagai buku biasa yang tidak luput dari kesalahan, sedangkan yang kedua mempercayai dan menerima Alkitab dengan segenap hati.

Dalam bab ini saya menjelaskan adanya enam pandangan yang berbeda terhadap Alkitab.

1. Alkitab adalah tradisi manusia abad mula-mula Bagi kelompok ini, yang hanya melihat Alkitab sebagai tradisi manusia abad mula-mula, tentu kurang menghargai Alkitab.
2. Alkitab adalah buku biasa yang tidak luput dari kesalahan Seorang pernah menulis dalam bukunya bahwa kalau kita membaca Alkitab harus mendekatinya sebagaimana kita mendekati buku lainnya. Kita tidak boleh membaca Alkitab dengan sikap menerima saja, tetapi kita harus membacanya dengan sikap kritis. Karena itu, dia menulis, “Semuanya harus dikaji, sebab prinsip-prinsip baru mulai berlaku. Prinsip itu mengatakan bahwa segala sesuatu harus ‘mulai dengan keraguan, menuju kepemupukan pengetahuan berdasarkan dasar-dasar yang kokoh’. Alkitab pun tak terkecuali dan harus dikaji ulang”.
3. Alkitab bukanlah Firman Allah, tetapi catatan tentang Firman Allah Bagi mereka yang menganut pandangan ini, wahyu Allah tidak bisa dituliskan. Logikanya adalah, Allah itu tidak terbatas, maka FirmanNya pun tidak terbatas. Jadi sebenarnya, menurut teori ini peristiwa Allah berfirman terhadap Musa, Elia dan nabi-nabi lainnya sudah berlalu. Tetapi kemudian, peristiwa tersebut (baca: wahyu) dicatat. Itulah Alkitab. Jadi menurut pandangan ini, menyamakan Alkitab dengan Firman Allah adalah dosa. Jika Alkitab hanya sekedar catatan tentang wahyu Allah yang sudah berlalu, maka pertanyaan yang muncul adalah, sejauh manakah Alkitab tersebut memiliki kuasa dalam hidup mereka?
4. Alkitab mengandung Firman Allah Menurut pandangan ini, Alkitab bukanlah Firman Allah, tetapi di dalamnya terdapat Firman Allah. Disamping itu, Alkitab juga mengandung ‘firman iblis’ dan ‘firman manusia’.
5. Alkitab menjadi Firman Allah ketika terjadi pertemuan atau pengalaman pribadi.
6. Alkitab adalah Firman Allah Menurut pandangan ini, Alkitab bukan sekedar tradisi manusia abad pertama, meskipun memang ada unsur tradisi di dalamnya. Alkitab juga bukan sekedar tulisan manusia, meskipun memang ada unsur keterlibatan manusia dalam penulisannya. Tetapi, sesungguhnya Alkitab adalah Firman Allah. Karena Alkitab adalah Firman Allah, maka Alkitab tidak bersalah terhadap segala hal yang dinyatakannya. Karena itu, Alkitab memegang kuasa dan otoritas tertinggi dalam kehidupan. Sebenarnya, menurut keyakinan kami, inilah pernyataan Alkitab tentang dirinya, dan ini jugalah yang merupakan pandangan kami. Kami setuju dengan tokoh reformasi, Martin Luther yang mengatakan: “No one is bound to believe more than what is based on Scripture. The Word must be believed against all sight and feeling and understanding. It also has the primacy over dreams, signs and wonders. (Tidak seorangpun diharuskan untuk mempercayai sesuatu lebih daripada apa yang dikatakan Alkitab. Alkitab harus dipercayai melebihi penglihatan, perasaan dan pengertian. Dia juga memiliki keutamaan lebih dari mimpi-mimpi, tanda-tanda serta mukjizat-mukjizat).

II. Alkitab Adalah Firman Allah
Di dalam bab ini saya menjelaskan sepuluh alasan mengapa menerima

Pertama, Alkitab mengatakan dirinya Firman Allah. Rasul Paulus menulis: “Segala tulisan diilhamkan Allah, memang bermanfaat untuk mengajar…” (II Tim.3:16) Jadi jelas terlihat dari ayat ini bahwa Alkitab diilhamkan Allah (kata diilhamkan dalam bahasa Yunani adalah qeopneustoV). Benar, kata “segala tulisan” menunjuk kepada Alkitab Perjanjian Lama. Karena itu, seorang bertanya, “Apakah semua tulisan dalam Perjanjian Lama diilhamkan oleh Allah? Bagaimana dengan keberatan kelompok tersebut di atas, bahwa ada ‘firman iblis’ dan nasehat dari sahabat-sahabat Ayub yang ternyata salah? Dalam hal ini, kita melihat pengertian Firman Allah secara langsung dan tidak langsung. Maksudnya, kata-kta iblis tersebut di atas dan nasehat-nasehat dari Elifas dan kawan-kawannya telah diilhamkan Allah untuk ditulis dalam Alkitab. Tentu saja Allah tidak bermaksud mengilhami para penulis Alkitab untuk menulis hal tersebut supaya diikuti. Sebaliknya, supaya pembaca Alkitab belajar dari padanya. Dengan perkataan lain, melalui hal itu, Allah ingin berfirman kepada manusia. Kenyataan lain yang perlu diperhatikan adalah bahwa kalimat, “Demikianlah Firman Allah”, atau “Allah berfirman” sering kita dapati dalam Perjanjian Lama, khususnya dalam kitab Musa. Sebagai contoh: Kej.1:3,6,9; Kel.5:1; 6:1; 7:1; Im.1:1; 4:1 dan seterusnya. Perlu untuk kita ketahui bahwa dalam kitab Musa, istilah tersebut di atas terdapat kira-kira 800 kali, dan sekitar 2000 kali dalam seluruh Alkitab Perjanjian Lama.

Kedua, sikap Tuhan Yesus yang menerima dan menjunjung tinggi Alkitab. Sesungguhnya, Tuhan Yesus adalah teladan hidup kita, termasuk dalam sikapNya terhadap Kitab Suci. Selama hidup Tuhan Yesus di dunia ini, kita melihat ketaatanNya yang sempurna kepada Alkitab (Perjanjian Lama). Sebagai contoh sangat nyata adalah ketika Dia mengalami pencobaan dipadang gurun. Kita melihat dengan jelas bahwa semua godaan si Iblis dipatahkan dengan ketaatanNya kepada Firman. Menghadapi godaan tersebut, Dia mengutip Perjanjian Lama dengan memulai dengan mengatakan: “Ada tertulis…” (Mat.4:4,7,10).

Ketiga, superioritas dan keistimewaan ajaran Alkitab. Sebenarnya dapat dikatakan bahwa isi sebuah kitab menggambarkan penulis (sumber kitab) tersebut. Karena itu, tulisan anak Sekolah Dasar dapat dibedakan dari tulisan mahasiswa di tingkat universitas. Hal itu cukup dilakukan dengan membaca isi tulisan tersebut, tanpa terlebih dahulu bertanya siapa penulis buku tersebut. Demikian juga, jika Alkitab adalah Firman Allah, maka isinya akan menunjukkan hal tersebut. Dan memang demikian halnya yang kita temukan, ajaran Alkitab menunjukkan nilai superior dan bersifat istimewa jika dibandingkan dengan kitab-kitab lainnya, termasuk tulisan para filsuf sekalipun. Jika kita simak baik-baik, ajaran Alkitab bersifat mutlak dan universal, tidak dibatasi oleh tempat dan waktu.

Keempat, kuasa Alkitab yang mengubah hidup Adalah merupakan kenyataan yang tidak dapat disangkal bahwa berjuta-juta manusia yang hidup dalam dosa, frustrasi, tanpa pengharapan dan ingin bunuh diri, mengalami perubahan hidup setelah mereka membaca dan merenungkan Alkitab. “Sebab Firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pemikiran hati kita”. (Ibr.4:12). “Bukankah FirmanKu seperti api, demikianlah Firman Tuhan, dan seperti palu yang menghancurkan bukit batu” (Jer.23:29; baca juga Jer.20:7-9).

Kelima, kesatuannya yang ajaib Bagaimanakah sikap kita terhadap Alkitab yang sedang kita baca tersebut? Setiap kita membaca buku tentu dipengaruhi beberapa hal, antara lain: siapa penulisnya, penerbitnya, dan bagaimana proses pembuatan buku tersebut. Bicara soal faktor-faktor tersebut di atas, maka jelaslah Alkitab melampaui semua buku. Tidak ada yang dapat disejajarkan dengan Alkitab. Karena Alkitab yang terdiri dari 66 kitab itu ditulis oleh 40 orang penulis dari latar belakang yang berbeda. Ada dari latar belakang ‘jenderal’ seperti Musa, gembala seperti Amos dari Tekoa, raja seperti Daud, nabi seperti Yesaya dan Yeremia, nelayan seperti Petrus, dokter seperti Lukas, orang pemerintah seperti Matius, filsuf seperti Paulus. Selain itu, Alkitab juga ditulis ditulis dalam kurun waktu yang sangat lama yaitu kira-kira 1400 tahun! Proses penulisan kitab-kitab tersebut sampai akhirnya dikanonkan sungguh merupakan keajaiban juga.

Keenam, kemurniannya. Sekiranya ada orang yang masih ragu terhadap Alkitab, namun mau membaca Alkitab dengan hati yang terbuka dan sungguh-sungguh, maka kami akan bertanya kepadanya tentang kemungkinan penulis Alkitab tersebut. Jika disimak dengan baik, maka kita melihat Alkitab menelanjangi kelemahan manusia berdosa, tanpa kecuali. Termasuk di sini adalah kelemahan para nabi (Ini juga keunikan Alkitab dibandingkan dengan kitab suci lainnya).

Ketujuh, ketepatan nubuat dan nilai nubuat yang tiada tara… Kedelapan, sifat universalnya…Kesembilan, ketahanannya terhadap segala serangan… Sepuluh, pengalaman pribadi…

Pada bab selanjutnya (bab III) saya membahas issu lain yang juga penting, yaitu tentang Pengilhaman Alkitab. Pada bab ini saya membahas tiga hal yaitu:
1) Arti Pengilhaman.
2) Beberapa teori pengilhaman.
3) Akibat pengilhaman. Akhirnya, buku yang terdiri dari 76 halaman ini saya akhiri dengan pembahasan mengenai ketidakbersalahan Alkitab (Infallibility dan Inerrancy Alkitab).

Catatan:
Naskah buku ini merupakan bahan seminar yang saya bawakan di berbagai gereja dan persekutuan kampus. Karena itu, bila ada gereja atau persekutuan yang tertarik untuk membahasnya tema ini dapat menghubungi penulis atau Perkantas Jakarta. Bagi gereja yang berminat membeli buku tersebut dapat menghubungi toko2 buku terdekat di kota Anda. Pembelian dalam jumlah banyak akan diberi potongan khusus. Untuk itu, dapat menghubungi kantor literatur Perkantas Nasional (“Literatur Perkantas”

Pdt. Dr. Ir. Mangapul Sagala adalah alumnus Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Pada tahun 1984, beliau bergabung dengan Yayasan Persekutuan Kristen Antar Universitas (PERKANTAS). Selanjutnya, penulis studi Teologia di Trinity Theological College–Singapura, hingga memperoleh gelar M.Div., M.Th. dan Doctor of Theology (D.Th.). Saat ini, penulis dipercayakan sebagai Koordinator Divisi Alumni PERKANTAS, dosen Perjanjian Baru di Sekolah Tinggi Teologia Reformed Injili Indonesia dan STT IMAN di Jakarta.

Informasi Tambahan

Berat 0,1 kg

Review

Belum ada ulasan.

Jadilah yang pertama memberikan ulasan “Superioritas dan Keistimewaan Alkitab”

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *