Posted on Tinggalkan komentar

Permulaan Hikmat

Penyair memulai Mazmur 111 dengan seruan: ”Haleluya! Aku mau bersyukur kepada TUHAN dengan segenap hati, dalam lingkungan orang-orang benar dan dalam jemaah.” Dalam Alkitab BIMK tertera: ”Pujilah TUHAN! Dengan segenap hati aku bersyukur kepada TUHAN di tengah himpunan umat-Nya.”

Penyair menandaskan pentingnya memuji Allah dengan segenap hati. Dengan segenap hati berarti seluruh, 100%. Itu berarti 99% bukanlah segenap hati. Sekali lagi 100%. Itu berarti 100 per 100, satu. Dengan segenap hati berarti pula tak terbagi. Dan pujian kepada Allah semestinya dengan segenap hati karena Allah itu Mahatahu. Tak ada yang tersembunyi di hadapan Allah.

Pada titik ini memuji Allah sebenarnya tindakan berbahaya. Sebab jika tidak dengan segenap hati, Allah pasti mengetahuinya. Apa enggak bunuh diri namanya jika kita memuji Allah tidak dengan segenap hati?

Selanjutnya penyair menjabarkan mengungkapkan alasan-alasan mengapa dia memuji Allah. Salah satunya adalah Mazmur 110:7 (Alkitab BIMK): ”TUHAN adil dan setia dalam segala tindakan-Nya, segala perintah-Nya dapat diandalkan.” Jelaslah kita dapat mengandalkan segala perintah Allah karena Dia adil dan setia. Kesetiaan Allah membuat kita berani mengandalkannya. Alasan-alasan penyair berikutnya, jika ditelurusi, berhulu pada hikmat.

Tak heran, jika penyair menutup mazmurnya dengan sebuah pernyataan: ”Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, semua orang yang melakukannya berakal budi yang baik. Puji-pujian kepada-Nya tetap untuk selamanya.” Hikmat sangat penting dalam budaya kuno Israel. Orang bijak sesungguhnya adalah orang yang menghormati Tuhan serta hidup sesuai dengan petunjuk Tuhan.

Itu berarti pujian kepada Allah dengan segenap hati juga merupakan tindakan orang berhikmat. Karena itu, marilah kita terus memuji Allah, juga di tengah pandemi ini.

SMaNGaT,

Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional

Foto: Istimewa

Bagikan:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *