Posted on Tinggalkan komentar

Kasih-Nya Kekal Abadi

Pemazmur memulai Mazmur 136 dengan ajakan: ”Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Bersyukurlah kepada Allah segala allah! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Bersyukurlah kepada Tuhan segala tuhan! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.”

Tiga ayat ini menarik disimak! Dengan sengaja, pemazmur mengajak umat untuk bersyukur kepada Yahwe, Allah, dan Tuhan. Yahwe adalah nama diri Allah Israel, yang telah menyelamatkan Israel dari perbudakan di Mesir. Dalam Alkitab nama diri itu dituliskan dengan TUHAN (huruf besar semua), sama dengan dalam Alkitab berbahasa Inggris LORD (huruf besar semua). Itu pun mengikuti cara orang Yahudi membaca dengan menyebut Adonay (Tuhan) ketika mereka sampai pada kata Yahwe saat mendaraskan Kitab Suci.

Pujian atau syukur kepada Yahwe dilanjutkan dengan Allah segala allah dan Tuhan segala Tuhan. Allah berkait dengan pengakuan bahwa Dia adalah Pencipta, dan semua di luar Dia adalah ciptaan. Penyebutan Allah di sini mengingatkan umat untuk mengingat Yahwe sebagai Pencipta. Sedangkan istilah Tuhan (huruf besar hanya T) memperlihatkan bahwa Yahwe adalah Tuan atas semua hamba-Nya. Dalam hal ini Israel adalah hamba Allah.

Mengakui Yahwe sebagai Allah dan Tuhan akan mengingatkan umat Israel bahwa mereka adalah ciptaan sekaligus hamba Yahwe. Dan karena itulah, pujian atau ucapan syukur merupakan keniscayaan.

Selanjutnya pujian atau nyanyian syukur itu ditujukan kepada Pribadi yang sama, dengan tambahan penjelasan apa yang telah Dia perbuat bagi Israel. Dan di setiap ajakan pujian itu, umat menyambut dengan kalimat yang sama bak refrein: ”Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.” Dalam Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini tertera: ”Kasih-Nya kekal abadi.”

Sejatinya, itulah alasan mengapa umat Israel dipanggil untuk memuji Yahwe, yang merupakan Allah dan Tuhan bagi mereka. Kasih-Nya kekal abadi. Kasih-Nya tidak tergantung situasi dan kondisi zaman. Sekali lagi, kasih Yahwe itu kekal abadi. Itu jugakah yang kita imani hari ini di tengah pandemi?

SMaNGaT,

Yoel M. Indrasmoro
Literatur Perkantas Nasional

Foto: Melinda Pack

Bagikan:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *